Jumat, 20 April 2018

MITOS MAKANAN DAN MINUMAN PADA ATLET


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Dalam berbagai ativitas keseharian membutuhkan beberapa komponen tubuh dalam menunjang keberhasilan dari kegiatan yang kita lakukan khususnya dalam berolahraga. Pada aspek komponen tubuh tersebut yang dibutuhkan untuk menunjangnya yaitu pola makanan yang harus sesuai dengan kadar aktifitas yang dilakukan dalam beraktivitas. Salah satu dasar mempertahankan kondisi tertinggi efesiensi fisik dan prestasi olahraga adalah gizi optimal.  Semakin tinggi tingkan intensitas kerja pemain atau atlet semakin banyak pula  asupan makanan yang bergizi yang dibutuhkan. Kondisi ini didefinisikan tidak dengan meningkatkan makanan yang banyak tetapi intake gizi yang cukup untuk mempertahankan seseorang dalam kondisi fisik maksimal, oleh karena itu sangat perlu pelatih utuntuk memiliki skill daan pengetahuan tentang gizi dan cara mengaturnya untuk diberikan kepada atlet,
Namun kenyataanya masih ada beberapa pelatih yang belum mengetahui hal itu terbukti dengan beberapa kasus dimana pelatih dalam praktek kesehariannya memperlakukan para atlet memberikan kadar makanan seadaanya saja. Salah satu faktor terjadinya hal tersebut karena kurangnya pengetahuan akan hal ilmu gizi dan disamping sumber dana yang kurang dalam memenuhi kebutuhan para atletnya. Ada juga para pelatih hanya mengandalkan asumsi-asumsi terdahulu tentang pola makan yang dikenal dengan istilah mitos pada makanan dan minuman yang bila diberikan kepada atlet akan membawa dampak yang luar biasa tanpa ada hasil penelitian pada asumsi teersebut. Dari hal ini maka kami akan membahas tentang mitos pada makanan dan minuman yang melanda para pelaku yakni pelatih dan altlet itu sendiri yang dikonsumsi di dalam  maupun diluar pemusatan latihan.


B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka timbul beberapa permasalahan. Adapun masalah tersebut dapat disusun atau dirumuskan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.      Apa sajakah yang menjadi mitos dalam makanan dan minuman yang diberiankan kepada atlet ?
2.      Apakah dampak  dari mitos makanan dan minuman jika diberikan kepada atlet ?
A.  Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan yang dilakukan selalu diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu, demikian pula halnya dengan penelitinan ini. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui  apasaja makanan dan minuman yang menjadi mitos?
2.    Untuk mengetahui apakah benar tidaknya mitos-mitos makanan dan minuman tersebut?
3.    Untuk mengetahui dampak dari mitos makanan dan minuman .



BAB II
PEMBAHASAN

A.  Gizi dan Olahraga

Gizi dan olahraga adalah bagian dari pencapaian prestasi olahraga. Gizi olahraga adalah studi multidisiplin yang menggabungkan fisiologi latihan fisik, biokimia, fisiologi terapan, dan biologi molekuler. Pengaturan gizi olahraga bertujuan untuk memperoleh penampilan olahraga dan latihan yang baik.
Gizi adalah ilmu tentang makanan dan hubungannya dengan kesehatan dan aktivitas fisik. Pengertian dari gizi yang tepat adalah mengkonsumsi makanan dan cairan dalam jumlah yang memadai untuk menyediakan bahan bakar (karbohidrat dan lemak) yang cukup sebagai sumber tenaga. Protein yang cukup untuk membangun, mempertahankan dan memperbaiki semua jaringan tubuh Zat pengatur ( vitamin dan mineral ) yang cukup untuk membantu metabolisme.
Zat gizi adalah  unsur yang terkandung dalam makanan dalam memberikan manfaat bagi kesehatan manusia. Zat gizi juga disebut zat pembangun artinya memiliki fungsi sebagai pembentuk sel-sselpada jaringan tubuh. Jika kekurangan mengkonsumsi jaringan tubuh ini, maka pertumbuhan dan perkembangan manusia akan terhambat. Selain itu zat gizi juga berfungsi untuk menggantikan sel-sel tubuh yang rusak dan mempertahankan fungsi organ tubuh. Zat gizi yang utamanya sebagai pembanggun adalah protein.
Sebagai sumber energi dan zat pembangun, gizi juga merupakan zat pengatur dalam tubuh kita. Zat metabolisme didalam tubuh perlu pengaturan agar terjadi keseimbangan. Zat gizi yang menjadi pengatur utama adalahvitamin dan mineral.





B.  Mitos Makanan dan Minuman pada Atlet
Mitos merupakan dugaan-dugaan dalam keseharian aktivitas yang dipercaya oleh manusia.
Mitos berasal dari bahasa yunani mythos atau bahasa belanda mythe adalah cerita prosa rakyat yang menceritakan kisah berlatar masa lampau, mengandung penafsiran tentang alam semesta dan keberadaan makhluk di dalamnya, serta dianggap benar-benar terjadi oleh empunya atau penganutnya.
Mitos menurut ahli adalah system kepercayaan dari suatu kelompok manusia, yang berdiri  atas sebuah landasan yang menjelaskan cerita-cerita suci yang berhubungan dengan masa lalu ( Harsojo 1988 ) .
Menurut kami Mitos adalah kejadian atau cerita yang beredar di masyarakat yang kebenaranya diyakini oleh sebagian orang namun kebenaranya belum dapat dibuktikan secara rasional.
Adapun beberapa mitos yanng berkaitan dengan makanan dan minuman pada atlet yakni :
1.    Mitos Susu
Banyak para atlet, pembina dan peraga yang percaya bahwa susu adalah penyebap kram perut dan diare. Susu terutama yang rrendah lemak dan skim sangat mudah dicerna, dan gizinya tinggi. Seorang atlet, jika dia meminum susu lalu diare, disebapkan karna actose intolerance atau tidak tahan glukosa.
`Seseorang yang sudah lama tidak minum susu, apalagi sejak balita hingga dewasa, maka enzim lactose yang mencerna lactose menjadi hilang. (lactose hanya ada dalam susu, yang disebut juga karbohidat susu). Apabila sekarang yang bersangkutan minum susu, sedangkan enzim lactosenya sudah hilang, enzim tersebut akan menderita diare.
2.    Mitos Kopi
Seorang atlet mempunyai kebiasaan minum secangkir kopi sebelum pertandingan. Dia beranggapan bahwa kopi dapat meningkatkan kemampuannya bertanding.
Dalam penelitian membutikan bahwa caffein memberi keuntungan untuk seorang atlet endurance. Minum kopi sebelum bertanding akan memberikan stimulan untuk merelease lemak didalam aliran darah, dan otot membakar lemak ini menjadi energi. Seorang  atlet endurans akan dapat lebih lama bertahan melakukan latihan sebelum glikogen habis terpakai. Jadi kopi memberikan efek positif terhadap ketersediaan energi, sedangkan banyak peneliti-peneliti lain yang meragukan kebenaran ini. Akhir-akhir ini beberapa peneliti mengemukakan bahwa tidak ada efek kopi trhaadap performa atlet. Karbohidrat yang tinggi dalam makanan lebih memberikan efek terhadap ketersediaan energi daripada kopi.
3.    Mitos Suplemen
Umumnya atlet biasa menggunakan suplemen beranggapan bahwa sedikit sudah baik, kalau banyak akan lebih baik lagi. Dalam hal ini mereka tidak cukup mengetahui tentang bagaimana vitamin bekerja dan bereaksi didalam tubuh. Vitamin bila dikonsumsi terlalu banyak dapat menyebapkan toksis. Misalnya vitamin B6 yang dikonsumsi1,6 gram per hari dalam jangka berbulan-bulan, dapat berakibat hilang koordinasi otot dan paralysis. Terlalu banyak vitamin C (lebih 1 kg perhari dapat menyebabkan masalah pencernaan, batu ginjal dan diare. Pada umumnya bila dosis lebih dari 10 kali lipat RDA (kebutuhan) dianggap sebagai megadosis dan hanya diminum dibawah pengawasan dokter.
Semua vitamin atau zat gizi lainnya tersusun dari zat kimia. Pada magadosis, ddalam sistem enzim pada tubuhkita berfungsi sebagai kata lisator, karena terlalu banyak sebagian lag berfungsi sebagai suatu zat kimia atau tidak lagi sebagai zat gizi. Sebagai contoh vitamin C, pada dosis rendah berfungsi sebagai pengikat jaringan dan dan pencegahan skurvi, pada jumlah besar akan berfungsi sebagai agen reduksi yang dalam beberapa hal berbahaya untuk kesehatan, seperti meninggikan kadar asam uric dan meningkatkan resiko terhadap penyakit gout. Dan apabila berlebihan akan kurang baik yang berakibat penyakit diabetes, misalanya tes urine menjadi negatif padahal seharusnya positif.
Orang-orang menggunakan suplemen karena merasa bahwa menu makanannya miskin akanzat-zat gizi, atau memerlukan zat-zat gizi lebih banyak daripada irang lain karena keadaan tertentu, misalnya perokok berat, stress dll. Pada keadaan yang kurang menguntungkan ini, terjadi penghambatan sekresi atau kinerja enzim yang membuat sistem metabolisme kurang efesien. Atau dengan kata lain jika tubuh menggunakan zat-zat gizi dalam percepatan yang tinggi, maka orang tersebut membutuhkan zat-zat  gizi tertentu dalam jumlah yang banyak yang belum tentu hanya disuplai dari makanan.
4.    Mitos Protein
Sejak zaman yunani kuno, mereka sudah mengenal nasehat-nasehat gizi untuk atlet supaya berprestasi tinggi. Nasehat pelatih untuk atlet antara lain makan daging rusa supaya lebih cepat larinya, makan daging kambing supaya lebih tinggi meloncatnya, dan akan daging sapi jantan agar lebih kuat membanting lawan. Zaman sekarang pelatih menganjurkan lebih banyak makan protein agar lebih baik prestasi yang dicapai.
Protein adalah zat gizi utama untuk mempertahankan pertumbuhan dan stuktur tubuh, tetapi protein adalah sumber yang miskin untuk penyediaan energi dalam periode yang cepat untuk orang yang aktif fisisknya. Banyak atlet yang makan protein 3 atau 4 kali lebih banyak dari kebutuhannya
Atlet sesungguhnya membutuhkan 50-80 g protein perhari. Didalam pencernaan sebelum diabsorpsi, protein dipecah menjadi asam-asam amino. Asam-asam amino kemudian dibentuk bermacam-macam menjadi protein sesuai fungsinya seperti untuk mempertahankan dan mengganti sel-sel yang rusak dangan sel-sel baru, pembentukan enzim dan hormon, mempertahankan kekebalan tubuh dan lainnya. Jika protein dikonsumsi lebih banyak dari jumlah yang dibutuhkan, maka kelebihan protein akan disimpan dalam bentuk lemak badan. Dengan kata lain badan menjadi gemuk, bukan otot yang bertambah besar. Pada metabolisme protein, dikeluarkan bahan sisa yang bersifat toksis yaitu ammonia dan urea.kedua bahan sisa tersebut harus dikeluarkan dari tubuh dalam urine. Jika protein yang dikonsumsi terlalu banyak, maka atlet akan lebih banyak kencing untuk mengeluarkan bahan tokaia tersebut, sehingga ginjal akan lebih bekerja keras demikian hati untuk menormalkan bahan toksis yang tersisa didalam tubuh. Selain itu bersama urine akan keluar pula potassium dan mineral lainnya. Sehingga atlet akan beresiko terhadap dehidrasi, dan kekurangan zat-zat mineral, dan menurunkan performa atlet

5.    Mitos Garam
Natrium adalah mineral yang jumlahnya didalam tubuh paling banyak bila dibandingkan dengan zat-zat mineral lainnya. Seseorang ddewasa membutuhkan kurang lebih ½ gram garam dapur perhari. Para pelatih sering menasehatkan untuk meminum tablet Na CI sebelum, selama dan sesudah kompetisi. Atlet yang secara rutin terlatih, mengeluarkan natrium dan potassium melalui keringat. Tetapi badan sudah pula terlatih bagaimana mempertahankan garam didalam badan secar efesien. Sehingga yang hilang dalam keringat hanya sedikit. Yng dibutuhkan atlet berkeringat bukan air plus mineral, tetapi hanya cukkup dengan air saja. Apabila atlet dianjurkan minum tablet garam, akan berbahaya buat kesehatan yang bersangkutan.

6.      Mitos Sport Drink
            sport drink mengandung gula artifisial sebagai pemanis, glucose, garam dan air. di advertensikan bahwa minuman ini lebih cepat masuk ke dalam peredaran darah daripada air biasa untuk segera dapat menyediakan energy. Hasil penelitian membuktikan malah sebaliknya. Sport drink ke dalam peredaran darah lebih lambat daripada air biasa . Jadi sesungguhnya yang dibutuhkan atlet adalah air, air dan lebih banyak air bukan sport drink.
7.      Mitos Puasa
            banyak pelatih menyuruh atlet berpuasa sebelum bertanding. Berpuasa tidak rasional unutk keperluan meningkatkan performa. Sampai sekarang, banyaka atlet yang masih percaya bahwa berpuasa atau tidak makan makanan padat meningkat enndurans dan kinerja atlet. Berpuasa malah endurans, karena berkurangnya jumlah makanan yang dikonsumsi, akan berakibat menipis deposit zat-zat gizi didalam tubuh termasuk glikogen . Selain itu berpuasa lebih 12 jam sampai 24 jam  akan berkurang jaringan otot vital, glikogen, vitamin dan mineral. Jadi berpuasa untuk atlet adalah tidak perlu dan berpotensi menurunkan prestasi.
8.      Efek Plasebo
            Jika ada semacam pil, makanan atau minuman yang dipercaya mempunyai khasiat yang memberi kekuatan, dan atlet dapat merasakan kegunaanya, padahal secara ilmiah belum dapat dibuktikan, hal tersebut dikatakan sebagai efek plasebo. Anda punya pikiran yang mendorong berbuat sesuatu, secara psiko-sosial ada pengaruhnya terhadap performa.
            efek plasebo menggambarkan tentang perubahan performa yang dihasillkan dari perubahan mental seorang atlet yang mengharapkan pengaruh dari sesuatu yang diterima atau diminumnya. Pada lingkungan klinis, plasebo diberikan dalam bentuk seustan tidak aktif untuk memuaskan kebutuhan simbolik dari suatu terapi. Dalam suatu penelitian double-blind, sebagian subjek diberikan dan sebagian lagi sebagai kelompok control yang diberikan bukan terapi, tetapi berbentuk sama sehingga sipenerima juga percaya sebagai suatu terapi. Petugas yang memberi dan subjek yang menerima dalam double blind study sama-sama tidak tahu apakah yang diberikan itu suatu terapi atau bukan terapi. Dalam banyak penelitian subjek dalam kelompok control yang menerima plasebo ini juga menunjukkan pertambahan baik performa. Misalnya, pasien yang disuntik hanya dengan air (larutan saline ), menurunkan rasa sakit sebanyak 70% bila dibandingkan dengan suntikan morfin. Contoh lainya, misalnya atlet yang diberitahu suntik dengan anabolic streoids, padahal sesungguhnya disuntik dengan air, naik performa dalam melakukan latihan.
            Hal ini juga berlaku terhadap berbagai produk minuman ergogenic. Produk minuman tersebut tidak/belum terbukti secara ilmiah memberi keuntungan yang nyata terhadap performa latihan. Beratus macam produk ergogenic yang dijual kepada atlet yang belum konklusif  memberi keuntungan , namun dapat memberi efek plasebo bagi atlet yang percya terhadap advertensi. Spesial  produk ergogenic telah banyak dan sering dinasihatkan para pelatih untuk meningkatkan fitness dan endurans. Contoh yang umum dijumpai misalnya minyak kecambah suplemen ( mengandung vitamin E dan asama-asam lemak tidak jenuh ), gelatin ( sebagai sumber asam amino glycine), fosfat dan alkaline diberikan kepada atlet . Bahan makanan ini dapat memberikan keuntungan fisiologi. Pemberian bahan makanan tersebut diatas dan bahan makanan superior lainya lebih berlandaskan kepada supervisi dan tradisi 





BAB III
PENUTUP

1.    Saran
A.    Kami sebagai penulis berharap kepada para pembaca memberikan masukan atau kritikan yang membangun dalam perbaikan makalah kami


2.    Kesimpulan
Gizi dan olahraga adalah bagian dari pencapaian prestasi olahraga. Gizi olahraga adalah studi multidisiplin yang menggabungkan fisiologi latihan fisik, biokimia, fisiologi terapan, dan biologi molekuler. Pengaturan gizi olahraga bertujuan untuk memperoleh penampilan olahraga dan latihan yang baik.Gizi adalah ilmu tentang makanan dan hubungannya dengan kesehatan dan aktivitas fisik.
Mitos merupakan dugaan-dugaan dalam keseharian aktivitas yang dipercaya oleh manusia.



DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, Pedoman Pengaturan Makanan Atlet,1993
Th. Sediyanti, SKM, Masalah-Masalah Dalam Pelayanan Makanan Atlet Dan Pemecahanya,PON XIII,1993, Jakarta
Direktorat Bina Gizi Masyarakat:” Gizi Olahraga Untuk Prestasi”,Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat tahun 2000
Direkorat Bina Gizi Masyarakat “Kumpulan Makalah penyusunan dan disemasi Modul Gizi Olahraga”,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AGRESIVITAS DALAM OLAHRAGA

BAB 1 PENDAHUUAN A.     Latar belakang Dewasa ini sering dijumpai suatu tindakan-tindakan yang kurang terpuji dari berbagai kalang...