BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam berbagai ativitas keseharian membutuhkan beberapa komponen tubuh
dalam menunjang keberhasilan dari kegiatan yang kita lakukan khususnya dalam
berolahraga. Pada aspek komponen tubuh tersebut yang dibutuhkan untuk
menunjangnya yaitu pola makanan yang harus sesuai dengan kadar aktifitas yang
dilakukan dalam beraktivitas. Salah satu dasar mempertahankan kondisi tertinggi
efesiensi fisik dan prestasi olahraga adalah gizi optimal. Semakin tinggi tingkan intensitas kerja
pemain atau atlet semakin banyak pula
asupan makanan yang bergizi yang dibutuhkan. Kondisi ini didefinisikan
tidak dengan meningkatkan makanan yang banyak tetapi intake gizi yang cukup
untuk mempertahankan seseorang dalam kondisi fisik maksimal, oleh karena itu
sangat perlu pelatih utuntuk memiliki skill daan pengetahuan tentang gizi dan
cara mengaturnya untuk diberikan kepada atlet,
Namun kenyataanya masih ada beberapa pelatih yang belum mengetahui hal itu
terbukti dengan beberapa kasus dimana pelatih dalam praktek kesehariannya
memperlakukan para atlet memberikan kadar makanan seadaanya saja. Salah satu
faktor terjadinya hal tersebut karena kurangnya pengetahuan akan hal ilmu gizi
dan disamping sumber dana yang kurang dalam memenuhi kebutuhan para atletnya.
Ada juga para pelatih hanya mengandalkan asumsi-asumsi terdahulu tentang pola
makan yang dikenal dengan istilah mitos pada makanan dan minuman yang bila
diberikan kepada atlet akan membawa dampak yang luar biasa tanpa ada hasil
penelitian pada asumsi teersebut. Dari hal ini maka kami akan membahas tentang
mitos pada makanan dan minuman yang melanda para pelaku yakni pelatih dan
altlet itu sendiri yang dikonsumsi di dalam
maupun diluar pemusatan latihan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah
dikemukakan, maka timbul beberapa permasalahan. Adapun masalah tersebut dapat
disusun atau dirumuskan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apa sajakah yang menjadi
mitos dalam makanan dan minuman yang diberiankan kepada atlet ?
2. Apakah dampak dari mitos makanan dan minuman jika diberikan
kepada atlet ?
A. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan yang dilakukan selalu diarahkan
untuk mencapai tujuan tertentu, demikian pula halnya dengan penelitinan ini.
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui apasaja makanan
dan minuman yang menjadi mitos?
2.
Untuk mengetahui apakah benar tidaknya mitos-mitos makanan dan minuman tersebut?
3.
Untuk mengetahui dampak dari mitos makanan dan minuman .
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Gizi dan Olahraga
Gizi dan olahraga adalah bagian dari pencapaian prestasi
olahraga. Gizi olahraga adalah studi multidisiplin yang menggabungkan fisiologi
latihan fisik, biokimia, fisiologi terapan, dan biologi molekuler. Pengaturan
gizi olahraga bertujuan untuk memperoleh penampilan olahraga dan latihan yang
baik.
Gizi adalah ilmu tentang makanan dan hubungannya dengan
kesehatan dan aktivitas fisik. Pengertian dari gizi yang tepat adalah
mengkonsumsi makanan dan cairan dalam jumlah yang memadai untuk menyediakan
bahan bakar (karbohidrat dan lemak) yang cukup sebagai sumber tenaga. Protein
yang cukup untuk membangun, mempertahankan dan memperbaiki semua jaringan tubuh
Zat pengatur ( vitamin dan mineral ) yang cukup untuk membantu metabolisme.
Zat gizi adalah
unsur yang terkandung dalam makanan dalam memberikan manfaat bagi
kesehatan manusia. Zat gizi juga disebut zat pembangun artinya memiliki fungsi
sebagai pembentuk sel-sselpada jaringan tubuh. Jika kekurangan mengkonsumsi
jaringan tubuh ini, maka pertumbuhan dan perkembangan manusia akan terhambat.
Selain itu zat gizi juga berfungsi untuk menggantikan sel-sel tubuh yang rusak
dan mempertahankan fungsi organ tubuh. Zat gizi yang utamanya sebagai
pembanggun adalah protein.
Sebagai sumber energi dan zat pembangun, gizi juga
merupakan zat pengatur dalam tubuh kita. Zat metabolisme didalam tubuh perlu
pengaturan agar terjadi keseimbangan. Zat gizi yang menjadi pengatur utama
adalahvitamin dan mineral.
B.
Mitos Makanan dan Minuman
pada Atlet
Mitos merupakan
dugaan-dugaan dalam keseharian aktivitas yang dipercaya oleh manusia.
Mitos berasal dari bahasa
yunani mythos atau bahasa belanda mythe adalah cerita prosa rakyat yang
menceritakan kisah berlatar masa lampau, mengandung penafsiran tentang alam
semesta dan keberadaan makhluk di dalamnya, serta dianggap benar-benar terjadi
oleh empunya atau penganutnya.
Mitos menurut ahli
adalah system kepercayaan dari suatu kelompok manusia, yang berdiri atas sebuah landasan yang menjelaskan cerita-cerita
suci yang berhubungan dengan masa lalu ( Harsojo 1988 ) .
Menurut kami Mitos adalah kejadian atau cerita yang
beredar di masyarakat yang kebenaranya diyakini oleh sebagian orang namun
kebenaranya belum dapat dibuktikan secara rasional.
Adapun beberapa mitos yanng berkaitan dengan makanan dan
minuman pada atlet yakni :
1.
Mitos Susu
Banyak para atlet, pembina dan peraga yang percaya bahwa
susu adalah penyebap kram perut dan diare. Susu terutama yang rrendah lemak dan
skim sangat mudah dicerna, dan gizinya tinggi. Seorang atlet, jika dia meminum
susu lalu diare, disebapkan karna actose intolerance atau tidak tahan glukosa.
`Seseorang yang sudah lama tidak minum susu, apalagi
sejak balita hingga dewasa, maka enzim lactose yang mencerna lactose menjadi
hilang. (lactose hanya ada dalam susu, yang disebut juga karbohidat susu).
Apabila sekarang yang bersangkutan minum susu, sedangkan enzim lactosenya sudah
hilang, enzim tersebut akan menderita diare.
2.
Mitos Kopi
Seorang atlet mempunyai kebiasaan minum secangkir kopi
sebelum pertandingan. Dia beranggapan bahwa kopi dapat meningkatkan
kemampuannya bertanding.
Dalam penelitian membutikan bahwa caffein memberi
keuntungan untuk seorang atlet endurance. Minum kopi sebelum bertanding akan
memberikan stimulan untuk merelease lemak didalam aliran darah, dan otot
membakar lemak ini menjadi energi. Seorang
atlet endurans akan dapat lebih lama bertahan melakukan latihan sebelum
glikogen habis terpakai. Jadi kopi memberikan efek positif terhadap
ketersediaan energi, sedangkan banyak peneliti-peneliti lain yang meragukan
kebenaran ini. Akhir-akhir ini beberapa peneliti mengemukakan bahwa tidak ada
efek kopi trhaadap performa atlet. Karbohidrat yang tinggi dalam makanan lebih
memberikan efek terhadap ketersediaan energi daripada kopi.
3.
Mitos Suplemen
Umumnya atlet biasa menggunakan suplemen beranggapan
bahwa sedikit sudah baik, kalau banyak akan lebih baik lagi. Dalam hal ini
mereka tidak cukup mengetahui tentang bagaimana vitamin bekerja dan bereaksi
didalam tubuh. Vitamin bila dikonsumsi terlalu banyak dapat menyebapkan toksis.
Misalnya vitamin B6 yang dikonsumsi1,6 gram per hari dalam jangka
berbulan-bulan, dapat berakibat hilang koordinasi otot dan paralysis. Terlalu
banyak vitamin C (lebih 1 kg perhari dapat menyebabkan masalah pencernaan,
batu ginjal dan diare. Pada umumnya bila dosis lebih dari 10 kali lipat RDA
(kebutuhan) dianggap sebagai megadosis dan hanya diminum dibawah pengawasan
dokter.
Semua vitamin atau zat gizi lainnya tersusun dari zat
kimia. Pada magadosis, ddalam sistem enzim pada tubuhkita berfungsi sebagai
kata lisator, karena terlalu banyak sebagian lag berfungsi sebagai suatu zat
kimia atau tidak lagi sebagai zat gizi. Sebagai contoh vitamin C, pada dosis
rendah berfungsi sebagai pengikat jaringan dan dan pencegahan skurvi, pada
jumlah besar akan berfungsi sebagai agen reduksi yang dalam beberapa hal
berbahaya untuk kesehatan, seperti meninggikan kadar asam uric dan meningkatkan
resiko terhadap penyakit gout. Dan apabila berlebihan akan kurang baik yang
berakibat penyakit diabetes, misalanya tes urine menjadi negatif padahal
seharusnya positif.
Orang-orang menggunakan suplemen karena merasa bahwa menu
makanannya miskin akanzat-zat gizi, atau memerlukan zat-zat gizi lebih banyak
daripada irang lain karena keadaan tertentu, misalnya perokok berat, stress
dll. Pada keadaan yang kurang menguntungkan ini, terjadi penghambatan sekresi
atau kinerja enzim yang membuat sistem metabolisme kurang efesien. Atau dengan
kata lain jika tubuh menggunakan zat-zat gizi dalam percepatan yang tinggi,
maka orang tersebut membutuhkan zat-zat
gizi tertentu dalam jumlah yang banyak yang belum tentu hanya disuplai
dari makanan.
4.
Mitos Protein
Sejak zaman yunani kuno, mereka sudah mengenal
nasehat-nasehat gizi untuk atlet supaya berprestasi tinggi. Nasehat pelatih
untuk atlet antara lain makan daging rusa supaya lebih cepat larinya, makan
daging kambing supaya lebih tinggi meloncatnya, dan akan daging sapi jantan
agar lebih kuat membanting lawan. Zaman sekarang pelatih menganjurkan lebih
banyak makan protein agar lebih baik prestasi yang dicapai.
Protein adalah zat gizi utama untuk mempertahankan
pertumbuhan dan stuktur tubuh, tetapi protein adalah sumber yang miskin untuk
penyediaan energi dalam periode yang cepat untuk orang yang aktif fisisknya.
Banyak atlet yang makan protein 3 atau 4 kali lebih banyak dari kebutuhannya
Atlet sesungguhnya membutuhkan 50-80 g protein perhari.
Didalam pencernaan sebelum diabsorpsi, protein dipecah menjadi asam-asam amino.
Asam-asam amino kemudian dibentuk bermacam-macam menjadi protein sesuai
fungsinya seperti untuk mempertahankan dan mengganti sel-sel yang rusak dangan
sel-sel baru, pembentukan enzim dan hormon, mempertahankan kekebalan tubuh dan
lainnya. Jika protein dikonsumsi lebih banyak dari jumlah yang dibutuhkan, maka
kelebihan protein akan disimpan dalam bentuk lemak badan. Dengan kata lain
badan menjadi gemuk, bukan otot yang bertambah besar. Pada metabolisme protein,
dikeluarkan bahan sisa yang bersifat toksis yaitu ammonia dan urea.kedua bahan
sisa tersebut harus dikeluarkan dari tubuh dalam urine. Jika protein yang
dikonsumsi terlalu banyak, maka atlet akan lebih banyak kencing untuk
mengeluarkan bahan tokaia tersebut, sehingga ginjal akan lebih bekerja keras
demikian hati untuk menormalkan bahan toksis yang tersisa didalam tubuh. Selain
itu bersama urine akan keluar pula potassium dan mineral lainnya. Sehingga
atlet akan beresiko terhadap dehidrasi, dan kekurangan zat-zat mineral, dan
menurunkan performa atlet
5.
Mitos Garam
Natrium adalah mineral
yang jumlahnya didalam tubuh paling banyak bila dibandingkan dengan zat-zat
mineral lainnya. Seseorang ddewasa membutuhkan kurang lebih ½ gram garam dapur
perhari. Para pelatih sering menasehatkan untuk meminum tablet Na CI sebelum,
selama dan sesudah kompetisi. Atlet yang secara rutin terlatih, mengeluarkan
natrium dan potassium melalui keringat. Tetapi badan sudah pula terlatih
bagaimana mempertahankan garam didalam badan secar efesien. Sehingga yang
hilang dalam keringat hanya sedikit. Yng dibutuhkan atlet berkeringat bukan air
plus mineral, tetapi hanya cukkup dengan air saja. Apabila atlet dianjurkan minum
tablet garam, akan berbahaya buat kesehatan yang bersangkutan.
6. Mitos Sport Drink
sport drink mengandung gula
artifisial sebagai pemanis, glucose, garam dan air. di advertensikan bahwa
minuman ini lebih cepat masuk ke dalam peredaran darah daripada air biasa untuk
segera dapat menyediakan energy. Hasil penelitian membuktikan malah sebaliknya.
Sport drink ke dalam peredaran darah lebih lambat daripada air biasa . Jadi
sesungguhnya yang dibutuhkan atlet adalah air, air dan lebih banyak air bukan
sport drink.
7.
Mitos Puasa
banyak pelatih menyuruh atlet
berpuasa sebelum bertanding. Berpuasa tidak rasional unutk keperluan
meningkatkan performa. Sampai sekarang, banyaka atlet yang masih percaya bahwa
berpuasa atau tidak makan makanan padat meningkat enndurans dan kinerja atlet.
Berpuasa malah endurans, karena berkurangnya jumlah makanan yang dikonsumsi,
akan berakibat menipis deposit zat-zat gizi didalam tubuh termasuk glikogen .
Selain itu berpuasa lebih 12 jam sampai 24 jam
akan berkurang jaringan otot vital, glikogen, vitamin dan mineral. Jadi
berpuasa untuk atlet adalah tidak perlu dan berpotensi menurunkan prestasi.
8.
Efek Plasebo
Jika ada semacam pil, makanan atau
minuman yang dipercaya mempunyai khasiat yang memberi kekuatan, dan atlet dapat
merasakan kegunaanya, padahal secara ilmiah belum dapat dibuktikan, hal
tersebut dikatakan sebagai efek plasebo. Anda punya pikiran yang mendorong
berbuat sesuatu, secara psiko-sosial ada pengaruhnya terhadap performa.
efek plasebo menggambarkan tentang
perubahan performa yang dihasillkan dari perubahan mental seorang atlet yang
mengharapkan pengaruh dari sesuatu yang diterima atau diminumnya. Pada
lingkungan klinis, plasebo diberikan dalam bentuk seustan tidak aktif untuk
memuaskan kebutuhan simbolik dari suatu terapi. Dalam suatu penelitian
double-blind, sebagian subjek diberikan dan sebagian lagi sebagai kelompok
control yang diberikan bukan terapi, tetapi berbentuk sama sehingga sipenerima
juga percaya sebagai suatu terapi. Petugas yang memberi dan subjek yang menerima
dalam double blind study sama-sama tidak tahu apakah yang diberikan itu suatu
terapi atau bukan terapi. Dalam banyak penelitian subjek dalam kelompok control
yang menerima plasebo ini juga menunjukkan pertambahan baik performa. Misalnya,
pasien yang disuntik hanya dengan air (larutan saline ), menurunkan rasa sakit
sebanyak 70% bila dibandingkan dengan suntikan morfin. Contoh lainya, misalnya
atlet yang diberitahu suntik dengan anabolic streoids, padahal sesungguhnya
disuntik dengan air, naik performa dalam melakukan latihan.
Hal ini juga berlaku terhadap
berbagai produk minuman ergogenic. Produk minuman tersebut tidak/belum terbukti
secara ilmiah memberi keuntungan yang nyata terhadap performa latihan. Beratus
macam produk ergogenic yang dijual kepada atlet yang belum konklusif memberi keuntungan , namun dapat memberi efek
plasebo bagi atlet yang percya terhadap advertensi. Spesial produk ergogenic telah banyak dan sering dinasihatkan
para pelatih untuk meningkatkan fitness dan endurans. Contoh yang umum dijumpai
misalnya minyak kecambah suplemen ( mengandung vitamin E dan asama-asam lemak
tidak jenuh ), gelatin ( sebagai sumber asam amino glycine), fosfat dan
alkaline diberikan kepada atlet . Bahan makanan ini dapat memberikan keuntungan
fisiologi. Pemberian bahan makanan tersebut diatas dan bahan makanan superior
lainya lebih berlandaskan kepada supervisi dan tradisi
BAB III
PENUTUP
1.
Saran
A.
Kami sebagai penulis
berharap kepada para pembaca memberikan masukan atau kritikan yang membangun
dalam perbaikan makalah kami
2.
Kesimpulan
Gizi dan olahraga adalah bagian dari pencapaian prestasi
olahraga. Gizi olahraga adalah studi multidisiplin yang menggabungkan fisiologi
latihan fisik, biokimia, fisiologi terapan, dan biologi molekuler. Pengaturan
gizi olahraga bertujuan untuk memperoleh penampilan olahraga dan latihan yang
baik.Gizi adalah ilmu tentang makanan dan hubungannya dengan kesehatan dan
aktivitas fisik.
Mitos merupakan dugaan-dugaan dalam keseharian aktivitas
yang dipercaya oleh manusia.
DAFTAR
PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, Pedoman Pengaturan
Makanan Atlet,1993
Th. Sediyanti, SKM, Masalah-Masalah Dalam
Pelayanan Makanan Atlet Dan Pemecahanya,PON XIII,1993, Jakarta
Direktorat Bina Gizi Masyarakat:” Gizi
Olahraga Untuk Prestasi”,Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan
Masyarakat tahun 2000
Direkorat Bina Gizi Masyarakat “Kumpulan
Makalah penyusunan dan disemasi Modul Gizi Olahraga”,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar