Jumat, 06 April 2018

Kebutuhan Protein Untuk Prestasi Atlit Optimal


BAB I
PENDAHULUAN

A.           LATAR BELAKANG
Olahraga merupakan aktivitas untuk meningkatkan stamina tubuh, yang mempunyai dampak positif terhadap derajat kesehatan, oleh karena itu olahraga dianjurkan untuk dilaksanakan secara teratur sesuai dengan kondisi seseorang. Prestasi olahraga yang tinggi perlu terus-menerus dipertahankan dan di tingkatkan lagi.
Salah satu faktor yang penting untuk mewujudkannya adalah melalui gizi seimbang yaitu energi yang dikeluarkan untuk olahraga harus sesimbang atau sama dengan energi yang masuk dari makanan.
Seseorang perlu makan untuk menjaga agar tubuhnya tetap melakukan segala proses fisiologis. Makanan berfungsi untuk menjamin kelangsungan hidup karena ada yang berfungsi sebagai seumber tenaga, pembangun, dan pelindung atau pengatur segala proses.
Bila orang salah dalam mengkonsumsi makanan dapat menimbulkan dampak yang tidak baik. Makanan yang dimakan sehari-hari hendaknya merupakan makanan yang seimbang, terdiri atas bahan-bahan makanan yang tersusun secara seimbang baik kualitas maupun kuantitas untuk memenuhi syarat hidup sehat.
Untuk jadi sehat, setiap orang mempunyai kebutuhan gizi yang berbeda-beda tergantung pada usia, berat badan, jenis kelamin, aktivitas fisik, kondisi lingkungan (misalnya suhu), keadaan tertentu (misalnya keadaan sakit, ibu hamil, atau menyusui). Anak-anak berbeda dengan remaja begitu juga dengan orang dewasa. Orang yang kurus tidak sama kebutuhan gizinya dnegan orang yang gemuk. Olahragawan atau atlet berbeda dengan manusia pada umumnya yang tidak melakukan aktivitas berat.
Bagi olahragawan atau atlet, asupan gizi yang terkait dengan aktivitas olahraga mempunyai arti penting selain untuk pertahankan kebugaran juga untuk meningkatkan prestasi atlet tersebut dalam cabang olahraga yang diikutinya. Pengetahuan tentang gizi bagi masyarakat secara umum maupun atlet yang berprestasi sungguh sangat penting.
Makanan bagi seorang atlet harus mengandung zat gizi yang sesuai dan proposional dengan kebutuhan untuk melakukan aktivitas sehari-hari maupun dalam berolahraga atau berlatih. Makanan harus mengandung zat gizi penghasil energi yang jumlahnya seimbang dan sesuai dengan kebutuhan penggunaannya. Selain itu makanan juga harus mampu mengganti zat-zat gizi dalam tubuh yang berkurang akibat digunakan untuk aktivitas olahraga.
Tubuh seorang atlet atau olahragawan, bisa diibaratkan dengan sebuah mobil balap. Sebuah mobil balap dengan mesin berkinerja tinggi tentu membutuhkan bahan bakar khusus dengan tingkat oktan yang khusus. Begitu pula seorang atlet atau olahragawan yang ingin tubuhnya berfungsi dengan baik untuk meraih kinerja yang optimal maka harus memasok tubuhnya dengan bahan-bahan bakar berkualitas terbaik melalui makanan dan minuman, sebelum dan selama kompetisi serta setelah kompetisi.
Zat gizi atau nutrisi yang dibutuhkan atlet terdiri dari zat gizi makro dan zat gizi mikro. Kelompok zak gizi makro yaitu karbohidrat, lemak dan protein, sedangkan kelompok zat gizi mikro yaitu vitamin, air dan mineral. Proporsi makanan sehat berimbang terdiri makanan yang dahulu kita kenal dengan istilah “mengandung 4 sehat 5 sempurna”, namun pada saat ini telah dikembangkan dan diubah istilah tersebut menjadi “gizi seimbang”, dikarenakan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang gizi dan tantangan yang dihadapi serta masalah gizi beban ganda dapat diatasi.
Dari kelompok-kelompok zat gizi tersebut diatas yang menjadi pembahasan kami dalam makalah ini yaitu tentang salah satu komponen dari zat gizi makro yaitu protein khususnya kebutuhan protein untuk atlet berprestasi optimal.




B.            RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas, maka perumusan masalah dapat dirumuskan sebagai berikut: bagaimana kebutuhan protein untuk atlet berprestasi optimal ?

C.            TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui kebutuhan protein untuk atlet agar berprestasi optimal.

D.           MANFAAT
Hasil dari penulisan makalah tentang kebutuhan protein untuk atlet berprestasi optimal, di harapkan dapat bermanfaat untuk:
1.             Memperkaya khasalah literatur kebutuhan protein untuk atlet berprestasi optimal.
2.             Sebagai informasi yang dapat dijadikan bahan diskusi.


BAB II
PEMBAHASAN

Kata Gizi berasal dari bahasa Arab yaitu “Ghidza” yang artinya makanan atau zat makanan sehat. Menurut Ida Mardalena (2017), gizi merupakan rangkaian proses secara organik makanan yang dicerna oleh tubuh untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan fungsi norma organ, serta mempertahankan kehidupan seseorang. Sedangkan Giri Wiarto (2013) mengemukakan bahwa nutrisi atau gizi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, dan pemeliharaan kesehatan.
Menurut Syafrizar dan Wilda Welis (2009), zat gizi merupakan senyawa atau unsur-unsur kimia yang terkandung dalam makanan dan diperlukan untuk metabolisme di dalam tubuh secara normal. Zat gizi merupakan ikatan kimia yang diperlukan oleh tubuh unutk menghasilkan energi, membangung dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan.

1.             Protein
Protein adalah salah satu jenis nutrisi makro yang unik dan luar biasa, ia merupakan unsur terpenting tubuh selain air dan berada pada setiap sel hidup. Menurut Kus Irianto dan Kusno Waluyo (2007) protein merupakan bahan baku sel dan jaringan karena merupakan komponen penting dari otot, kulit, dan tulang. Senada dengan Ida Mardalena (2017) yang mengemukakan bahwa protein adalah penyusun bagian tubuh sebanyak 1/5 bagian, setengahnya ada di dalam otot, 1/5 bagian pada tulang dan tulang rawan, 1/10 di bawah kulit dan sisanya dalam cairan tubuh.
Giri Wiarto (2013) mengemukakan bahwa protein merupakan substansi organik dan meiliki kemiripan dengan lemak dan karbohidrat yaitu tersusun atas unsu C (karbon), H (hidrogen) dan O (oksigen), namun yang membedakan protein memiliki usur yang tidak dimiliki oleh karbohidrat dan lemak yaitu unsur nitrogen.
Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino yang terikat satu sama lain. Yohanes Sunardi (2012) mengemukakan bahwa di dalam makanan maupun tubuh terdapat 22 jenis asam amino, tubuh memerlukan 20 jenis asam amino untuk membentuk protein tubuh, sebelas diantaranya dapat dibentuk oleh tubuh sendiri, sedangkan sembilan asam amino yang lain (asam amino esensial) mutlak didapat dari asupan makanan.
Kualitas protein biasanya dibedakan berdasarkan pada kelengkapan komposisi asam amino tersebut. Kombinasi beberapa jenis makanan dapat meningkatkan kualitas atau mutu protein, dengan kata lain dapat melengkapi kekurangan komposisi asam amino didalamnya.
Pada tahun 1956, Organisasi Panan dan Pertanian PBB (FAO) mengelompokkan maknanan berdasarkan kandungan asam amino mereka. Telur ternyata mengandung asam amino esensial yang paling seimbang, dan mendapat nilai 100%. Semua makanan lain dinilai berdasarkan telur. Jadi, nilai susu adalah 60%, ikan dan daging 70%, kacang kedelai 69%, kacang-kacangan 34%, tepung putih 32%, jagung 41%, nasi 56%, dan kentang 34%.
Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringan-jaringan baru yag selalu terjadi di dalam tubuh sekaligus mempertahankan jaringan yang telah ada. Protein sebagai sumber asam amino sangat besar peranannya bagi pertumbuhan dan pemeliharaan atau pergantian sel jaringan tubuh yang rusak.

2.             Sumber dan Fungsi Protein
Sumber protein dibagi menjadi dua macam, yaitu protein hewani dan protein nabati. Protein hewani didapat dari makanan yang berasal dari hewan misalnya daging sapi, daging kambing, ayam, ikan, susu telur, keju, dan lain sebagainya. Sedangkan protein nabati didapat dari makanan yang berasal dari tumbuhan misalnya, kacang kedelai, kacang-kacangan, padi-padian, sayuran, sedikit dari buah-buahan, dan lain sebagainya.
Fungsi dari protein yaitu:
Ø   Protein sebagai pembangun jaringan-jaringan tubuh.
Ø   Protein sebagai pengganti jaringan-jaringan yang rusak. Jaringan rusak ini dapat diakibatkan mungkin karena luka, laktasi maupun hamil.
Ø   Protein sebagai alat untuk pembuatan protein-protein yang baru.
Ø   Membentuk hormon, enzim, dan antibodi.
Ø   Mengatur keseimbangan tubuh
Ø   Sebagai sumber energi.

3.             Klasifikasi Protein
Menurut sumbernya protein dibagi menjadi 2 yaitu protein hewani dan nabati. Sedangkan klasifikasi menurut fungsi dalam secara fisiologis, dan berhubungan dengan dukungan untuk pertumbuhan badan dan pemeliharaan kesehatan, protein dibagi menjadi 3 yaitu:
Ø   Protein sempurna
Protein sempurna merupakan protein yang sanggup mendukung pertumbuhan badan badan dan memelihara kesehatan. Protein ini mampu mengganti sel-sel yang dibutuhkan oleh pertumuhan anak-anak karena anak-anak merupakan masa pertumbuhan yang baik.
Ø   Protein setengah sempurna
Protein ini hanya sanggup memelihara kesehatan badan, namun tidak untuk pertumbuhan. Oleh karena itu protein setengah sempurna ini dibutuhkan oleh orang dewasa. Yang paling cocok adalah bagi olahragawan yang melakukan latihan rutin dan berat. Protein ini berperan untuk mengganti se-sel yang telah rusak akibat latihan.
Ø   Protein tidak sempurna
Protein jenis ini hanya digunakan untuk pengahsil energi saja. Protein ini tidak bisa memelihara kesehatan dan mendukung pertumbuhan.

4.             Dampak Protein Untuk Atlet atau Olahragawan
Olahraga merupakan aktivitas untuk meningkatkan stamina tubuh, yang mempunyai dampak positif terhadap derajat kesehatan, oleh karena itu olahraga dianjurkan untuk dilaksanakan secara teratur sesuai dengan kondisi seseorang. Bagi atlet, asupan gizi yang terkait dengan olahraga mempunyaii arti penting selain untuk mempertahankan kebugaran juga untuk meningkatkan prestasi atlet tersebut dalam cabang olahraga yang diikutinya.
Prestasi olahraga yang tinggi perlu terus menerus dipertahankan dan ditingkatkan lagi. Salah satu faktor yang penting untuk mewujudkan adalah melalui gizi seimbang, yaitu energi yang dikeluarkan untuk olahraga harus seimbang atau sama dengan energi yang masuk dari makanan. Makanan untuk seorang atlet harus mengandung zat gizi sesuai dengan yang dibutuhkan atau sama dengan energi yang masuk dari makanan. Makanan untuk seorang atlet harus megandung zat gizi sesuai dengan yang dibutuhkan untuk  aktivitas sehari-hari dan olahraga. Makanan harus mengandung zat gizi penghasil energi yang jumlahnya tertentu. Selain itu, makanan juga harus mampu mengganti zat gizi dalam tubuh yang berkurang akibat digunakan untuk aktivitas olahraga.
Secara tradisional, atlet diharuskan makan lebih banyak daging, telur, ikan, ayam, dan bahan makanan sumber protein lainnya, karena menurut teori tradisional, protein akan membentuk otot yang dibutuhkan atlet. Hasil penelitian mutahir membuktikan bahwa bukan ekstraprotein yang membentuk otot. Untuk membangun dan memperkuat otot, anda harus memasukkan latihan resistan seperti angkat besi di dalam program latihan. Agar cukup energi yang dikonsumsi untuk latihan pembentukan otot, makanan harus mengandung 60% karbohidrat dan 15% protein dari total energi. Kedengarannya aneh, tetapi sesungguhnya seorang atlet binaragawan dan pelari maraton dapat mengkonsumsi makanan dari hidangan yang sama. Seorang binaragawan cenderung berotot lebih besar dari pelari, karena itu ia membutuhkan lebih banyak energi.
Besarnya jumlah protein yang dikonsumsi, dapat dilihat dari perhitungan berikut ini: seorang pelari yang beratnya 70kg membutuhkan 2.600 kkal. Sebanyak 15% dari 2.600 kkal ini berasal dari protein yaitu 390 kkal atau antara 74 g protein. Sedangkan seorang binaragawan yang beratnya 95 kg membutuhkan 3.600 kkal, sebanyak 15% dari 3.600 kkal yaitu 540 kkal berasal dari protein atau setara denga 108 g protein. Jadi seorang atlet pelari maraton membutuhkan 74 g protein, dan seorang binaragawan membutuhkan 108 g protein dari hidangan makanan yang sama.
Tidak jarang nasihat makanan yang diberikan membingungkan atlet. Seorang atlet angkat besi diharapkan makan daging, steak, telur, ayam lebih banyak untuk pembentukan otot, dan dianjurkan minum minuman yang mengandung protein. Sesungguhnya tidak demikian! Seorang atlet angkat besi membutuhkan karbohidrat lebih banyak, karena karbohidrat dibutuhkan untuk cadangan energi di dalam otot. Seorang atlet tidak akan dapat mengangkat beban yang berat kalau jumlah karbohidrat yang tersedia di dalam otot sudah menipis. Makanan yang mengandalkan protein tidak menyediakan bahan bakar untuk otot, sehingga prestasi yang dicapai tidak optimal.
Aktivitas fisik memerlukan energi dari luar untuk metabolisme basal. Aktifitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sitem penunjangnya. Selama aktifitas fisik, otot membutuhkan energi dari luar untuk metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk megantarkan zat-zat dan oksigen ke seluruh tubuh. Banyaknya energi yang dibutuhkan bergantung pada berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama, dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan. Protein memegang peran esensial dalam mengangkut zat-zat gizi dari darah ke jaringan-jaringan, dan melalui membran sel ke dalam sel-sel. Sumber energi, protein ekuivalen dengan karbohidrat, karena menghasilkan 4 kkal/g protein. Meskipun, protein sebagai sumber energi relatif mahal, baik dalam harga maupun dalam jumlah energi yang dibutuhkan untuk metabolisme energi. Makanan yang terbaik untuk atlet harus mensuplai cukup protein tetapi tidak berlebihan untuk keperluan perkembangan dan perbaikan jaringan otot, oduksi hormon, dan mengganti sel-sel darah merah yang mati dengan yag baru. Seringkali atlet mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi protein, sehingga mereka mendapatkan dobel dari kebutuhannya, kelebihan protein yang di konsumsi ini disimpan dalam bentuk lemak badan.

5.             Kebutuhan Protein Atlet
Kebutuhan akan protein bearvasiasi antar atlet. Menurut angka kecukupan konsumsi zat-zat gizi (AKKZG), seorang membutuhkan 1 g protein per kg berat badan, tetapi pada atlet yang membutuhkan lebih banyak, misalnya seorang pelari yang sedang intensif, atau seorang yang sedang berdiet yang mengkonsumsi rendah kalori, atau seorang pemula yag baru mulai berlatih. Di bawah ini diilustrasikan anjuran konsumsi protein.
Macam Aktifitas Atlet
Gram Protein/Kg BB
Atlet berlatih ringan
1,0
Atlet yang rutin berlatih
1,2
Atlet remaja (sedang tumbuh)
1,5
Atlet yang memerlukan otot
1,5

Untuk menghitung berapa banyak protein yang dibutuhkan sangat mudah. Mula-mula, atlet mengidentifikasi diri termasuk golongan atlet yang mana, misalnya termasuk atlet yang secara rutin berlatih. Umurnya 25 tahun, berat badan 70 kg, ia setia hari sesungguhnya membutuhkan sebanyak 70 x 1,2 g protein = 84 g protein
Setelah itu dibuat daftar makanan dan minuman selama 24 jam atau untuk satu hari, misalnya mulai bangun pagi hari sampai waktu atlet tersebut tidur pada malam hari, berikutnya dicatat jenis, komposisi, dan banyak makanan dan minuman yang dikonsumsi. Dengan mempergunakan daftar komposisi bahan makanan (DKBM) ia akan mengetahui jumlah protein yang dikonsumsi dalam sehari. Kemudian dibandingkan dengan anjuran, apakah kurang atau lebih banyak dari yang direkomendasikan.
Kebutuhan protein menurut WHO (1985), konsumsi yang diperlukan untuk mencegah kehilangan protein tubuh dan memungkinkan produksi protein yang diperlukan dalam masa pertumbuhan, kehamilan, atau menyusui. Angka kecukupan (AKP) orang dewasa menurut hasil-hasil penelitian kesimbangan nitrogen adalah 0,75 gram/kg berat badan, berupa protein patokan tinggi yaitu telur (mutu cerna/disgetibility daya manfaa/utility telur adalah 100). Angka ini dinamakan safe level of intake atau taraf suapan terjamin. AKP dipengaruhi oleh mutu protein hidangan yang dinyatakan dalam skor asam amino (SAA).
Walaupun fungsi utama protein adalah untuk pertumbuhan, apabila tubuh kekuragan zat energi fungsi protein untuk menghasilkan energi atau untuk membentuk glukosa akan didahulukan. Apabila glukosa atau asam lemak di dalam tubuh terbatas, sel terpaksa menggunakan protein unutk membentuk glukosa dan energi. Pemecahan protein tubuh guna memenuhi kebutuhan energi dan glukosa pada akhirnya akan menyebabkan melemahnya otot-otot. Oleh karena itu, dibutuhkan konsumsi karbohidrat dan lemak yang cukup tiap hari, sehingga protein dapat digunakan sesuai fungsi utamanya, yaitu untuk pembentuk sel tubuh.

6.             Kelebihan Protein
Setiap orang yang terlalu bangak mengkonsumsi protein, akan lebih sering kencing karena protein didalam badan dicerna menjadi urea, suatu senyawa dalam bentuk sisa yang harus dibuang melalui urine. Telalu sering ke toilet akan kurang menyenangkan karena mengganggu latihan, apalagi kalau sedang dalam kompetisi. Terlalu banyak atau sering kencing menjadikan beban berat ginjal dan meningkatkan risiko terhadap dehidrasi atau kekurangan cairan buat atlet.
Bahan makanan yang berprotein tinggi, misalnya: daging, ayam dan ikan harganya relatif mahal. Kalau bahan pangan ini dikurangi, dan makan lebih banyak sereal, satur dan buah, berti akan ada penghematan, karena harga bahan-bahan pangan yang disebut terakhir relatif lebih murah. Selain itu, bahan makanan tinggi protein bisanya mengandung pula tinggi lemak. Untuk kesehatan jantung, pencegahan kegemukan, dan peningkatan performance, sebaliknya seorang atlet tidak makan banyak lemak, terutama lemak hewani yang seringkali terdapat banyak dalam bahan makanan berprotein tinggi.
Dalam keadaan berlebihan protein seorang atlet akan mengalami deaminase. Nitrogen dikeluarkan dari tubuh dan sisa-sisa ikatan karbon akan diubah menjadi lemak dan disimpan didalam tubuh. Dengan demikian, makan protein secara berlebihan dapat menyebabkan kegemukan.

7.             Suplemen Protein
Advertensi atau iklan sering memberikan harapan yang muluk-muluk, tetapi lebih baik seorang atlet tidak mempercayai atau paling sedikit, lebih bijaksana mengiterprestasikannya. Menurut advertensi, protein powder atau asam-asam amino powder, seperti: arginine, ornithine, dan asam-asam amino bebas adalah esensial untuk pembentukan otot. Seorang atlet menurut advertensi tersebut direkomendasikan makan suplemen ini kalau menginginkan pembentukan otot yag optimal.
Hal yang disampaikan oleh adverensi tersebut adalah sebaliknya, karena jika atlet menginginkan otot yang lebih besar dan lebih kuat, berarti atlet harus latihan bukan dengan mengkonsumsi protein, karena protein bukan berperan membuat otot lebih besar dan kuat, jika atlet mengkonsumsi cukup kalori dari karbohidrat, kelebihan protein yang dikonsumsi akan dikonversi atau disimpan dalam bentuk lemak, yang membuat badan atlet tersebut lebih gemuk dan prestasi optimal tidak akan tercapai.




BAB III
PENUTUP

A.           Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas protein nabati dapat setinggi kualitas protein hewani, asalkan menu makanan beragam. Meskipun demikian bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam jumlah maupun mutu, seperti telur, susu, daging, ikan, dan lain sebagainya. Sumber protein nabati adalah kacang-kacangan dan lain sebagainya. Kacang kedelai merupakan sumber protein nabati yang mempunyai mutu atau nilai tertinggi.
Latihan yang membentuk otot, bukan ekstraprotein yang membentuk otot. Oleh sebab itu, hidangan makanan atlet dari berbagai cabang olahraga tidak perlu dibedakan. Untuk menjamin prestasi optimal, kebutuhan akan protein perlu terpenuhi, tetapi tidak berlebihan. Kalau berlebihan akan beresiko terhadap dehidrasi da, beban ginjal, dan penyakit jantung koroner. Seorang atet lebih baik untuk tidak mempercayai advertensi atau iklan mengenai suplemen protein yang berkhasiat untuk membentuk otot.

B.            Saran
Dari pembahasan serta kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka penulis dapat memberikan saran bagi atlet dan juga pelatih serta olahragawan agar dapat memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi gizi atlet maupun olahragawan utamanya tentang protein yang berdampak pada prestasi dan kesehatan dari seorang atlet atau olahragawan.



DAFTAR PUSTAKA

Creig Hoyt. 2011. Makanan Sehat untuk Atlet. Bandung: Nuansa.
Giri Wiarto. 2013. Ilmu Gizi Olahraga. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Ida Mardalena. 2017. Dasar-Dasar Ilmu Gizi Dalam Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Kus Irianto dan Kusno Waluyo. 2007. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung: Cv. Yrama Widya.
Meike Mayasari. 2008. “Protein dan Prestasi Olahragawan”. (Online) (https://dietsehat.wordpress.com/2008/02/05/protein-dan-prestasi-olahragawan/. Diakses Oleh Fazri Tauhid, tanggal 15 Maret 2018)
Syafrizal dan Wilda Welis. 2009. Gizi Olahraga. Malang: Wineka Media.
Yohanes Sunardi. 2012. Sehat Itu Pilihan Gaya Hidup Sehat Tanpa Repot. Yogyakarta: Andi.




Biografi Penulis

Fazri Tauhid, S.Pd, lahir di Ternate 05 Januari 1996. Anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Tauhid Yunus, A.Ma.Pd. dan Ruhaya Malan, S.Pd. Pendidikan formal yang pernah ditempuh yaitu SDN Inpres Jambula, Kota Ternate (sekarang SDN 25 Kota Ternate), lulus tahun 2006. Pada tahun yang sama masuk ke SMP Negeri 3 Kota Ternate dan lulus pada tahun 2009. Kemudian melanjutkan ke SMAN 8 Kota Ternate, selama setahun menjalani proses belajar di bangku kelas X SMAN 8 Kota Ternate, dan pada bangku kelas XI pindah sekolah ke SMAN 3 Kota Ternate dan lulus pada tahun 2012, melanjutkan kuliah ke STKIP Kie Raha Ternate, Program Studi Pendidikan Olahraga S-1 (2012-2016), dan sekarang sedang dalam proses pendidikan Strata 2 di Universitas Negeri Makassar, Program Studi Pendidikan Jasmani dan Olahraga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AGRESIVITAS DALAM OLAHRAGA

BAB 1 PENDAHUUAN A.     Latar belakang Dewasa ini sering dijumpai suatu tindakan-tindakan yang kurang terpuji dari berbagai kalang...