Jumat, 20 April 2018

PENGATURAN BERAT BADAN PADA ATLET


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Tercapainya keberhasilan pembangunan terletak pada tersedianya manusia Indonesia yang berkualitas tinggi. Salah satu upaya peningkatan kualitas manusia adalah dengan cara pembinaan dan pengembangan olahraga yang ditujukan untuk peningkatan kesehatan jasmani dan rohani seluruh masyarakat, pemupukan watak, disiplin dan sportivitas serta pengembangan prestasi olahraga yang dapat membangkitkan rasa kebangsaan Indonesia. Berbagai jenis olahraga yang telah membawa harum nama Indonesia baik di tingkat nasional, regional maupun tingkat internasional diantaranya olahraga badminton, dayung, angkat berat, dll.
Prestasi olahraga dapat ditingkatkan melalui Pengetahuan gizi khususnya tentang pengaturan berat badan pada atlet  untuk atlet,karena memberikan beberapa keuntungan bagi atlet tersebut antara lain: Memberikan pengetahuan tentang makanan yang dapat mencapai atau mempertahankan kondisi tubuh yang telah diperoleh dalam latihan,Memberikan makanan yang dapat menyediakan energi yang diperlukan untuk melakukan aktivitas fisik dan olahraga,Menentukan bentuk makanan dan frekwensi makan yang tepat pada waktu latihan intensif sebelum, selama dan sesudah pertandingan,Menggunakan prinsip gizi dalam menurunkan dan menaikkan berat badan sesuai yang diinginkan,Menggunakan prinsip gizi untuk mengembangkan atau membuat rencana diet individu sesuai dengan aturan tubuh, keadaan fisiologi dan metabolismenya serta mempertimbangkan selera serta kebiasaan dan daya cerna atlet, Kecukupan nutrisi optimal pada olahragawan adalah karbohidrat sebesar 60-70% dari total energi, protein 12-15%, sisanya didapatkan dari lemak. Vitamin dan mineral mempunyai peran dalam meningkatkan kemampuan fisik atlet terutama pada saat latihan dan pertandingan .

Keperluan mengembangkan metode yang aman dan efektif untuk menurunkan berat badan (BB) , menambah BB dan memelihara BB ideal menjadi kepentingan Atlet. Pelatih dan petugas-petugas Kesehatan.Banyak Atlet yang bermasalah dengan Berat Badan dan lemak tubuhnya, biasanya didorong oleh Pelatih, teman-teman sekelompok dan orang tuanya untuk mendapatkan Berat Badan atau komposisi tubuh yang sesuai. Pengaturan Berat Badan hendaknya difokuskan kepada komposisi tubuh, bukan kepada Berat Badan, oleh karena untuk Atlet-atlet perorangan tidak ada standar untuk Berat Badan maupun lemak tubuhnya. Karakteristik fisik Atlet-atlet yang sukses bervariasi luas antar cabang maupun dalam cabang itu sendiri (Wilmore 1983).
Pengukuran ini berguna sebagai patokan untuk kelompok-kelompok Atlet, tetapi tidak perlu berlaku secara individual. Perlu ditekankan bahwa olahragawan dan olahragwati adalah rawan terhadap praktek-praktek pengaturan BB yang hanya ditujukan untuk mendapatkan BB target yang serinmg tidak realistik dan berpengaruh buruk terhadap proses-proses fisiologi, kesehatan dan penampilannya.
Atlet yang kegemukan dan pelatih sering rawan terhadap ide yang salah mengenai penurunan berat badan (BB) dan diet seperti sebagian besar masyarakat. Penurunan BB yang tidak wajar menyebabkan hilangnya jaringan otot (“Lean tissue”) yang akan menurunkan penampilan atlet. Oleh karena itu penting untuk mendidik atlet agar mengerti prinsip penurunan BB yang efektif dan wajar.
Secara umum penurunan lemak tubuh lebih dibutuhkan atlet daripada penurunan BB. Pada beberapa kasus, lebih baik terjadi penurunan lemak tubuh pada atlet tetapi BB naik dengan meningkatnya massa otot.
Kelebihan Berat Badan (BB) merupakan momok bagi kita terutama wanita, meskipun penyebab dari kelebihan berat badan berawal dari diri kita sendiri yaitu pola hidup kita (terutama pola makan). Hal ini disebabkan makanan yang kita konsumsi melebihi dari kebutuhan kita. Selain dari pola makan kita factor lain yang berpengaruh adalah aktivitas yang kurang, dengan kata lain kita boleh atau bisa saja mengkonsumsi makanan melebihi kebutuhan asalkan di dukung/ditunjang oleh aktivitas yang tinggi (aktif). Sehingga faktor keseimbangan sangat memegang peranan penting. Jumlah konsumsi makanan harus seimbang dengan jumlah aktivitas yang lakukan, sehingga tidak terjadi penumpukan/kelebihan makanan di tubuh kita yang berakibat kenaikan berat badan.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis mengangkat tema dengan judul pengaturan berat badan pada atlet.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah yang di maksud dengan pengaturan berat badan?
2.      Bagaimana memahami prosedur penurunan berat badan pada atlet?
3.      Bagaimana memahami prosedur penambahan berat badan pada atlet?
C.     TUJUAN MASALAH
1.      Untuk mengatahui pengertian berat badan.
2.      Untuk memahami prosedur penurunan berat badan pada atlet.
3.      Untuk memahami prosedur penambahan berat badan pada atlet.
D.    MAMFAAT
1.      Diharapkan dapat memperluas kajian pengetahuan asupan gizi khususnya pengaturan berat badan pada atlet.
2.      Diharapkan dapat bermamfaat bagi penulis dan pembaca.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    PENGERTIAN PENGATURAN BERAT BADAN
Menurut KBBI, pengaturan adalah proses, cara, perbuatan mengatur.sedangkan berat badan adalah ukuran yang lazim atau sering dipakai untuk menilai keadaan suatu gizi manusia.
Menurut Cipto Surono (2000 : 10), “mengatakan bahwa berat badan adalah ukuran tubuh dalam sisi beratnya yang ditimbang dalam keadaan berpakaian minimal tanpa perlengkapan apapun”. Berat badan diukur dengan alat ukur berat badan dengan suatu satuan kilogram. Dengan mengetahui berat badan seseorang maka kita akan dapat memperkirakan tingkat kesehatan atau gizi seseorang.
Jadi pengaturan berat badan adalah  cara mengatur ukuran tubuh sehingga seseorang dapat menilai keadaan gizinya.
B.     FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERAT BADAN
1.      Kelebihan makanan
Kegemukan hanya mungkin terjadi terjadi jika terdapat kelebihan makanan dalam tubuh,terutama bahan makanan sumber energy,dengan kata lain jumlah makanan yang dimakan melebihi kebutuhan tubuh.
2.      Kekurangan aktivitas 
Kegemukan dapat terjadi bukan hanya karena makanan berlebih, tetapi juga karena aktivitas fisik berkurang sehingga terjadi kelebihan energy.



3.      Faktor genetic
Kegemukan dapat diturunkan dari generasi sebelumnya pada generasi berikutnya dalam sebuah keluarga. Itulah sebabnya kita sering menjumpai orang tua gemuk cenderung memiliki anak yang gemuk pula.
4.      Pola konsumsi makanan
Pola makanan yang tinggi kalori dan lemak serta rendah serat memicu terjadinya penumpukan lemak di dalam tubuh sehingga menimbulkan berat badan yang berlebihan.
C.     HAL YANG HARUS DI PERHATIKAN PELATIH DALAM PENGATURAN BERAT BADAN PADA ATLET
1.      Penurunan Berat Badan
 Untuk olahraga-olahraga pada umumnya, lemak tubuh yang rendah dan untuk beberapa cabang olahraga (senam, ballet) BB yang rendah lebih disukai baik dari sudut keindahan maupun penampilan. Olahraga-olahraga yang memberi batas BB dalam kompetisinya misalnya judo, balap kuda, dayung kelas berat-ringan, gulat dan tinju, para Atletnya dapat mempunyai fluktuasi BB yang cukup luas dan berulang-ulang. Kehilangan BB dan peningkatan kembali BB pada Atlet dalam kelompok ini sering terjadi serta terjadinya dan meliputi jumlah perubahan berat badan yang besar.
Sayangnya metoda yang biasa digunakan untuk menurunkan BB, sering secara nutrisi tidak adekuat, tidak efektif dan berpotensi membahayakan. Akibat dari metoda penurunan BB yang tidak tepat adalah cadangan glikogen yang tidak adekuat, kelemahan otot, dehidrasi, mudah tersinggung,anxietas, kelelahan, gangguan pencernasan dan malnutrisi. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya kemampuan aerobik (aerobic power), kecepatan, koordinai, kekuatan, status kesehatan yang jelek, dan pada akhirnya penampilan dan pelaksanaan jadual latihan yang mengecewakan.Dalam beberapa hal, keharusan menurunkan Berat Badan dapat berkembang menjadi kebencian yang bersifat patologis terhadap makanan dan kegemukan dan pada akhirnya gangguan makan.
Pengaruh Penurunan Berat Badan :
a.       Pengaruh Penurunan Berat Badan Cepat
1)      Pengaruh Jangka Pendek
Penurunan Berat badan yang cepat tidak selalu menghasilkan perubahan komposisi tubuh yang dikehendaki. Terjadi kehilangan sejumlah besar air, elektrolit, mineral dan lean body mass (LBM) termasuk protein yang berada dijaringan –jaringan yang bebas lemak, disertai dengan pengurasan cepat glikogen hati dan otot. Untuk setiap kehilangan l gram glikogen selalu disertai dengan kehilangan air sebanyak 2,5 gram.
Oleh karena itu kehilangan 2-3 kg BB dapat terjadi dalam beberapa hari akibat pengurasan glikogen dan dehidrasi. Selama pengurangan energi untuk jangka pendek, kehilangan LBM lebih tinggi dibandingkan dengan kehilangan lemak, termoregulasi.
2)      Pengaruh Jangka Panjang
Selama pengurangan tata-gizi jangka panjang dengan pembatasan ketat asupan energi, asupan CHO yang adekuat untuk menopang latihan dan meminimalkan kehilangan LBM merupakan hal yang krusial. Dalam jangka panjang pengurangan tata-gizi dengan CHO rendah dan pembatasan energi yang terlalu ketat dapat menjurus kerpada kehilangan protein tubuh yang signifikan. Penurunan volume darah dan cairan tubuh disertai dengan kelemahan dan keletihan telah dilaporkjan terjadi pada orang-orang yang membatasi tata-gizi. Amenorrhoe dapat merupakan akibat dari pembatasan asupan energi yang ketat.
b.      Pengaruh Olahraga Terhadap Penurunan Berat Badan
Menurunnya derajat olahdaya (metabolisme) basal merupakan respons adaptif terhadap kelaparan. Secara teori, penambahan latihan akan memperberat pengeluaran energi total yang akan menurunkan olahdaya lebih lanjut (Brownell 1987). Teori ini dapatt menerangkan mengapa banyak Atlet dengan tata-gizi rendah energi tidak berhasil benar dalam menurunkan BB, meskipun pengeluaran energinya tinggi. Untuk Atlet-atlet ini kebutuhan energinya dapat menjadi lebih rendah daripada yang diperkirakan untuk mempertahankan berat badan yang normal, karena tata-gizi mereka ternyata menjadi lebih tinggi daripada kebutuhan yang sesungguhnya.
Besar kehilangan berat badan dan perubahan komposisi tubuhnya adalah proporsional dengan frekuensi, durasi dan intensitas latihannya. Hanya melakukan latihan berat tanpa pembatasan asupan energi, peniurunan berat-badannya hanya sedikit. Tetapi bila dikombinasikan dengan tata-gizi dengan pembatasan asupan energi, hal ini merupakan cara yang paling efektif untuk menurunkan berat badan dengan kehilangan LBM yang minimal. Olahraga merupakan satu dari beberapa faktor yang berkorelasi posisitf dengan keberhasilan memelihara berat badan dalam jangka panjang.


Petunjuk umum untuk penurunan Berat Badan yang disadari (disengaja)
Tujuan program penurunan berat badan adalah untuk menghilangkan lemak,bukan LBM. Idealnya program penurunan berat badan hendaknya disupervisi oleh Ahli Gizi. Mereka dapat memperkirakan Berat badan target atau lemak tubuh, mertencanakan tata-gizi yang secara nutrisi sehat dan memasukkan program perubahan perilaku untuk mengidentifikasi dan menyembuhkan kebiasaan makan yang tidak dikehendaki. Monitoring berat badan dan komposisi tubuh dengan menggunakan ppewngukuran lipatan kulit (skin fold) adalah penting untuk meyakinkan telah terjadinya perubahan yang dikehendaki. Hal ini juga penting untuk Atlet yang menghendaki peningkatan berat badan. Meninmbang berat badan tiap hari biasanya tidak menolong oleh karena adanya fluktuasi berat badan sehari-hari yang cukup besar.
a.       Petunjuk berikut ini hendaknya ditaati bila Atlet ingin menurunkan berat badan secara sadar :
1)      Pengurangan energi hendaknya sedang-sedang saja yaitu sebesar 2000-3000 kj (500-1000 kcal) dari tata-gizi yang biasanya direkomendasikan.Halini akanm menyebabkan kehilangan air dan LBM yang lebih kecil, serta kecil kemungkinan untuk terjadinya malnutrisi. Lebih disukai adalah tata-gizi yang terdiri dari CHO komplex, sumber-sumber protein yang bebas lemak, dan pengurangan asupan makanan yang mengandung lemak tinggi dan gula tinggi. Tata-gizi tinggi CHO lebih dianjurkan karena lebih menyenangkan dan membantu memelihara cadangan sumber energio untuk latihan. Tata-gizi dengan pembatasan CHO akan disertai dengan balans nitrogen yang negatif (= kehilangan protein), mual katosis dan menurunnya kapasitas kerja dan daya tahan.
2)      Kecepatan penurunan berat badan hendaknya tidak lebioh cep[at dari 1 kg/minggu. Pada minggu-minggu pertama penataan gizi berat badan seolah cepat m,enurun oleh karena disertai dengan hilangnya air. Kemudian bila tata-gizi berlanjut, penurunan berat badan biasanya melambat.
3)      Idealnya Atlet hendaknya berlatih dalam keadaan berat badan tidak lebih dari 1-2 kg di atas berat badan kompetitifnya. Strategi ini akan mencegah terjadinya reaksi buruk dan menurunnya penampiulan yang disebabkan oleh karena terpaksa menurunkan berat badan dalam jumlah besar melalui mekanisme dehidrasi dan pengurasan glikogen pada hari-hari menjelang kompetisi.
2.      Penambahan Berat Badan
Sasaran penambahan berat badan adalah mendapatkan massa otot (LBM) dan meminimalkan timbunan lemak. Massa otot hanya akan meningkat setelah menjalani masa pelatihan kekuatan yang adekuat, tidak dapat ditingkatkan hanya dengan lebih banyak makan, menambah protein atau makan suplemen protein.
Atlet dalam program peningkatan BB yang tepat, harus mengkonsumsi tata-gizi yang memenuhi kebutuhan nutrien di samping meningkatnya kebutuhan energi dan protein. Walaupun kebutuhan protein pada Atlat hanya sedikit lebih besar daripada pesantai, kebanyakan Atlet mengkonsumsi sejumlah protein yang nyata lebih besar dari pada yang direkomendasikan.Oleh karena itu suplemen protein sesungguhnya tidak diperlukan.
Bila Atlet mengubah asupan makanan untuk meningkatkan LMB, maka pasti akan terjadi peningkatan lemak tubuh, sekalipun disertai dengan latihan berat peningkatan BB = 0.5-0.7 kg/minggu,pada kebanyakan Atlet akan menyebabkan terjadinya penimbunan lemak.
Tata-gizi yang direkomendasikan untuk meningkatkan berat badan hendaknya tetap volume CHO yang besar, maka makanan hendaknyas ditata dalam sajian yang lebih kecil dan sering, termasuk snacks yang juga harus bernilai nutrisi.
Suatu penambahan berat badan dengan ukuran lipat-kulit (skin fold) yang tetap atau yanmg menurun menunjukkan penambahan LBM, sedangkan bila disertai dengan meningkatnya lipat-kulit, menunjukkan adanya peningkatan massa lemak.
D.    PENGUKURAN BERAT BADAN IDEAL
Untuk menentukan berat badal ideal dapat menggunakan pengukuran indek massa tubuh (Nur Ichsan Halim, 2011:158)


IMT =
Berat Badan 
Tinggi Badan x  Tinggi Badan

Keterangan:
·       IMT                 : Indeks Masa Tubuh (Body Mass Indekx)
·       BB (kg)           : Berat badan dengan satuan Kilogram
·       TB (m)2           : Tinggi badan dengan satuan meter

Tabel 1 Norma penilaian IMT, yaitu:
IMT Pria
IMT Wanita
Status
<19,50
<18,50
Low
19,50 - 25,49
18,50 – 23,49
Ideal
25,50 - 29,45
23,50 – 29,50
Overweight
Nur Ichsan (2010: 158)
BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
pengaturan berat badan adalah  cara mengatur ukuran tubuh sehingga seseorang dapat menilai keadaan gizinya.
Olah raga pada umumnya menginginkan lemak tubuh yang rendah , berat badan yang rendah lebih disukai dari sudut pandang keindahan maupun penampilan. Akibat penurunan berat badan yang tidak tepat adalah cadangan glikogen yang tidak seimbang, kelemahan otot, dehidrasi, mudah tersinggung, anxietas, kelelahan, gangguan pencernaan, dan malnutrisi. Sehingga akan menyebabkan berkurangnya kemampuan aerobic, kecepatan, koordinasi, kekuatan, status kesehatan yang jelek, dan pada akhirnya penampilan dan pelaksaanaan olahraga yang mengecewakan.
Sasaran penambahan berat badan adalah mandapatkan masa otot dan meminimalkan timbunan lemak. Masa otot hanya akan meningkat setelah menjalani masa pelatihan kekuatan yang seimbang, tidak dapat ditingkatkan hanya dengan lebih banyak makan, menambah protein. Atlet dalam peningkatan berat badan harus mengkonsumsi makanan yang bergizi dan memenuhi kebituhan gizi disamping meningkatkan asupan engergi dan protein. 
B.     SARAN
1.      atlet harus menjaga pola makanan dimana jumlah konsumsi makanan harus seimbang dengan jumlah aktivitas yang lakukan, sehingga tidak terjadi penumpukan/kelebihan makanan di tubuh kita.
2.      atlet agar mengerti pengaturan BB yang efektif.

MITOS MAKANAN DAN MINUMAN PADA ATLET


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Dalam berbagai ativitas keseharian membutuhkan beberapa komponen tubuh dalam menunjang keberhasilan dari kegiatan yang kita lakukan khususnya dalam berolahraga. Pada aspek komponen tubuh tersebut yang dibutuhkan untuk menunjangnya yaitu pola makanan yang harus sesuai dengan kadar aktifitas yang dilakukan dalam beraktivitas. Salah satu dasar mempertahankan kondisi tertinggi efesiensi fisik dan prestasi olahraga adalah gizi optimal.  Semakin tinggi tingkan intensitas kerja pemain atau atlet semakin banyak pula  asupan makanan yang bergizi yang dibutuhkan. Kondisi ini didefinisikan tidak dengan meningkatkan makanan yang banyak tetapi intake gizi yang cukup untuk mempertahankan seseorang dalam kondisi fisik maksimal, oleh karena itu sangat perlu pelatih utuntuk memiliki skill daan pengetahuan tentang gizi dan cara mengaturnya untuk diberikan kepada atlet,
Namun kenyataanya masih ada beberapa pelatih yang belum mengetahui hal itu terbukti dengan beberapa kasus dimana pelatih dalam praktek kesehariannya memperlakukan para atlet memberikan kadar makanan seadaanya saja. Salah satu faktor terjadinya hal tersebut karena kurangnya pengetahuan akan hal ilmu gizi dan disamping sumber dana yang kurang dalam memenuhi kebutuhan para atletnya. Ada juga para pelatih hanya mengandalkan asumsi-asumsi terdahulu tentang pola makan yang dikenal dengan istilah mitos pada makanan dan minuman yang bila diberikan kepada atlet akan membawa dampak yang luar biasa tanpa ada hasil penelitian pada asumsi teersebut. Dari hal ini maka kami akan membahas tentang mitos pada makanan dan minuman yang melanda para pelaku yakni pelatih dan altlet itu sendiri yang dikonsumsi di dalam  maupun diluar pemusatan latihan.


B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka timbul beberapa permasalahan. Adapun masalah tersebut dapat disusun atau dirumuskan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.      Apa sajakah yang menjadi mitos dalam makanan dan minuman yang diberiankan kepada atlet ?
2.      Apakah dampak  dari mitos makanan dan minuman jika diberikan kepada atlet ?
A.  Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan yang dilakukan selalu diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu, demikian pula halnya dengan penelitinan ini. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui  apasaja makanan dan minuman yang menjadi mitos?
2.    Untuk mengetahui apakah benar tidaknya mitos-mitos makanan dan minuman tersebut?
3.    Untuk mengetahui dampak dari mitos makanan dan minuman .



BAB II
PEMBAHASAN

A.  Gizi dan Olahraga

Gizi dan olahraga adalah bagian dari pencapaian prestasi olahraga. Gizi olahraga adalah studi multidisiplin yang menggabungkan fisiologi latihan fisik, biokimia, fisiologi terapan, dan biologi molekuler. Pengaturan gizi olahraga bertujuan untuk memperoleh penampilan olahraga dan latihan yang baik.
Gizi adalah ilmu tentang makanan dan hubungannya dengan kesehatan dan aktivitas fisik. Pengertian dari gizi yang tepat adalah mengkonsumsi makanan dan cairan dalam jumlah yang memadai untuk menyediakan bahan bakar (karbohidrat dan lemak) yang cukup sebagai sumber tenaga. Protein yang cukup untuk membangun, mempertahankan dan memperbaiki semua jaringan tubuh Zat pengatur ( vitamin dan mineral ) yang cukup untuk membantu metabolisme.
Zat gizi adalah  unsur yang terkandung dalam makanan dalam memberikan manfaat bagi kesehatan manusia. Zat gizi juga disebut zat pembangun artinya memiliki fungsi sebagai pembentuk sel-sselpada jaringan tubuh. Jika kekurangan mengkonsumsi jaringan tubuh ini, maka pertumbuhan dan perkembangan manusia akan terhambat. Selain itu zat gizi juga berfungsi untuk menggantikan sel-sel tubuh yang rusak dan mempertahankan fungsi organ tubuh. Zat gizi yang utamanya sebagai pembanggun adalah protein.
Sebagai sumber energi dan zat pembangun, gizi juga merupakan zat pengatur dalam tubuh kita. Zat metabolisme didalam tubuh perlu pengaturan agar terjadi keseimbangan. Zat gizi yang menjadi pengatur utama adalahvitamin dan mineral.





B.  Mitos Makanan dan Minuman pada Atlet
Mitos merupakan dugaan-dugaan dalam keseharian aktivitas yang dipercaya oleh manusia.
Mitos berasal dari bahasa yunani mythos atau bahasa belanda mythe adalah cerita prosa rakyat yang menceritakan kisah berlatar masa lampau, mengandung penafsiran tentang alam semesta dan keberadaan makhluk di dalamnya, serta dianggap benar-benar terjadi oleh empunya atau penganutnya.
Mitos menurut ahli adalah system kepercayaan dari suatu kelompok manusia, yang berdiri  atas sebuah landasan yang menjelaskan cerita-cerita suci yang berhubungan dengan masa lalu ( Harsojo 1988 ) .
Menurut kami Mitos adalah kejadian atau cerita yang beredar di masyarakat yang kebenaranya diyakini oleh sebagian orang namun kebenaranya belum dapat dibuktikan secara rasional.
Adapun beberapa mitos yanng berkaitan dengan makanan dan minuman pada atlet yakni :
1.    Mitos Susu
Banyak para atlet, pembina dan peraga yang percaya bahwa susu adalah penyebap kram perut dan diare. Susu terutama yang rrendah lemak dan skim sangat mudah dicerna, dan gizinya tinggi. Seorang atlet, jika dia meminum susu lalu diare, disebapkan karna actose intolerance atau tidak tahan glukosa.
`Seseorang yang sudah lama tidak minum susu, apalagi sejak balita hingga dewasa, maka enzim lactose yang mencerna lactose menjadi hilang. (lactose hanya ada dalam susu, yang disebut juga karbohidat susu). Apabila sekarang yang bersangkutan minum susu, sedangkan enzim lactosenya sudah hilang, enzim tersebut akan menderita diare.
2.    Mitos Kopi
Seorang atlet mempunyai kebiasaan minum secangkir kopi sebelum pertandingan. Dia beranggapan bahwa kopi dapat meningkatkan kemampuannya bertanding.
Dalam penelitian membutikan bahwa caffein memberi keuntungan untuk seorang atlet endurance. Minum kopi sebelum bertanding akan memberikan stimulan untuk merelease lemak didalam aliran darah, dan otot membakar lemak ini menjadi energi. Seorang  atlet endurans akan dapat lebih lama bertahan melakukan latihan sebelum glikogen habis terpakai. Jadi kopi memberikan efek positif terhadap ketersediaan energi, sedangkan banyak peneliti-peneliti lain yang meragukan kebenaran ini. Akhir-akhir ini beberapa peneliti mengemukakan bahwa tidak ada efek kopi trhaadap performa atlet. Karbohidrat yang tinggi dalam makanan lebih memberikan efek terhadap ketersediaan energi daripada kopi.
3.    Mitos Suplemen
Umumnya atlet biasa menggunakan suplemen beranggapan bahwa sedikit sudah baik, kalau banyak akan lebih baik lagi. Dalam hal ini mereka tidak cukup mengetahui tentang bagaimana vitamin bekerja dan bereaksi didalam tubuh. Vitamin bila dikonsumsi terlalu banyak dapat menyebapkan toksis. Misalnya vitamin B6 yang dikonsumsi1,6 gram per hari dalam jangka berbulan-bulan, dapat berakibat hilang koordinasi otot dan paralysis. Terlalu banyak vitamin C (lebih 1 kg perhari dapat menyebabkan masalah pencernaan, batu ginjal dan diare. Pada umumnya bila dosis lebih dari 10 kali lipat RDA (kebutuhan) dianggap sebagai megadosis dan hanya diminum dibawah pengawasan dokter.
Semua vitamin atau zat gizi lainnya tersusun dari zat kimia. Pada magadosis, ddalam sistem enzim pada tubuhkita berfungsi sebagai kata lisator, karena terlalu banyak sebagian lag berfungsi sebagai suatu zat kimia atau tidak lagi sebagai zat gizi. Sebagai contoh vitamin C, pada dosis rendah berfungsi sebagai pengikat jaringan dan dan pencegahan skurvi, pada jumlah besar akan berfungsi sebagai agen reduksi yang dalam beberapa hal berbahaya untuk kesehatan, seperti meninggikan kadar asam uric dan meningkatkan resiko terhadap penyakit gout. Dan apabila berlebihan akan kurang baik yang berakibat penyakit diabetes, misalanya tes urine menjadi negatif padahal seharusnya positif.
Orang-orang menggunakan suplemen karena merasa bahwa menu makanannya miskin akanzat-zat gizi, atau memerlukan zat-zat gizi lebih banyak daripada irang lain karena keadaan tertentu, misalnya perokok berat, stress dll. Pada keadaan yang kurang menguntungkan ini, terjadi penghambatan sekresi atau kinerja enzim yang membuat sistem metabolisme kurang efesien. Atau dengan kata lain jika tubuh menggunakan zat-zat gizi dalam percepatan yang tinggi, maka orang tersebut membutuhkan zat-zat  gizi tertentu dalam jumlah yang banyak yang belum tentu hanya disuplai dari makanan.
4.    Mitos Protein
Sejak zaman yunani kuno, mereka sudah mengenal nasehat-nasehat gizi untuk atlet supaya berprestasi tinggi. Nasehat pelatih untuk atlet antara lain makan daging rusa supaya lebih cepat larinya, makan daging kambing supaya lebih tinggi meloncatnya, dan akan daging sapi jantan agar lebih kuat membanting lawan. Zaman sekarang pelatih menganjurkan lebih banyak makan protein agar lebih baik prestasi yang dicapai.
Protein adalah zat gizi utama untuk mempertahankan pertumbuhan dan stuktur tubuh, tetapi protein adalah sumber yang miskin untuk penyediaan energi dalam periode yang cepat untuk orang yang aktif fisisknya. Banyak atlet yang makan protein 3 atau 4 kali lebih banyak dari kebutuhannya
Atlet sesungguhnya membutuhkan 50-80 g protein perhari. Didalam pencernaan sebelum diabsorpsi, protein dipecah menjadi asam-asam amino. Asam-asam amino kemudian dibentuk bermacam-macam menjadi protein sesuai fungsinya seperti untuk mempertahankan dan mengganti sel-sel yang rusak dangan sel-sel baru, pembentukan enzim dan hormon, mempertahankan kekebalan tubuh dan lainnya. Jika protein dikonsumsi lebih banyak dari jumlah yang dibutuhkan, maka kelebihan protein akan disimpan dalam bentuk lemak badan. Dengan kata lain badan menjadi gemuk, bukan otot yang bertambah besar. Pada metabolisme protein, dikeluarkan bahan sisa yang bersifat toksis yaitu ammonia dan urea.kedua bahan sisa tersebut harus dikeluarkan dari tubuh dalam urine. Jika protein yang dikonsumsi terlalu banyak, maka atlet akan lebih banyak kencing untuk mengeluarkan bahan tokaia tersebut, sehingga ginjal akan lebih bekerja keras demikian hati untuk menormalkan bahan toksis yang tersisa didalam tubuh. Selain itu bersama urine akan keluar pula potassium dan mineral lainnya. Sehingga atlet akan beresiko terhadap dehidrasi, dan kekurangan zat-zat mineral, dan menurunkan performa atlet

5.    Mitos Garam
Natrium adalah mineral yang jumlahnya didalam tubuh paling banyak bila dibandingkan dengan zat-zat mineral lainnya. Seseorang ddewasa membutuhkan kurang lebih ½ gram garam dapur perhari. Para pelatih sering menasehatkan untuk meminum tablet Na CI sebelum, selama dan sesudah kompetisi. Atlet yang secara rutin terlatih, mengeluarkan natrium dan potassium melalui keringat. Tetapi badan sudah pula terlatih bagaimana mempertahankan garam didalam badan secar efesien. Sehingga yang hilang dalam keringat hanya sedikit. Yng dibutuhkan atlet berkeringat bukan air plus mineral, tetapi hanya cukkup dengan air saja. Apabila atlet dianjurkan minum tablet garam, akan berbahaya buat kesehatan yang bersangkutan.

6.      Mitos Sport Drink
            sport drink mengandung gula artifisial sebagai pemanis, glucose, garam dan air. di advertensikan bahwa minuman ini lebih cepat masuk ke dalam peredaran darah daripada air biasa untuk segera dapat menyediakan energy. Hasil penelitian membuktikan malah sebaliknya. Sport drink ke dalam peredaran darah lebih lambat daripada air biasa . Jadi sesungguhnya yang dibutuhkan atlet adalah air, air dan lebih banyak air bukan sport drink.
7.      Mitos Puasa
            banyak pelatih menyuruh atlet berpuasa sebelum bertanding. Berpuasa tidak rasional unutk keperluan meningkatkan performa. Sampai sekarang, banyaka atlet yang masih percaya bahwa berpuasa atau tidak makan makanan padat meningkat enndurans dan kinerja atlet. Berpuasa malah endurans, karena berkurangnya jumlah makanan yang dikonsumsi, akan berakibat menipis deposit zat-zat gizi didalam tubuh termasuk glikogen . Selain itu berpuasa lebih 12 jam sampai 24 jam  akan berkurang jaringan otot vital, glikogen, vitamin dan mineral. Jadi berpuasa untuk atlet adalah tidak perlu dan berpotensi menurunkan prestasi.
8.      Efek Plasebo
            Jika ada semacam pil, makanan atau minuman yang dipercaya mempunyai khasiat yang memberi kekuatan, dan atlet dapat merasakan kegunaanya, padahal secara ilmiah belum dapat dibuktikan, hal tersebut dikatakan sebagai efek plasebo. Anda punya pikiran yang mendorong berbuat sesuatu, secara psiko-sosial ada pengaruhnya terhadap performa.
            efek plasebo menggambarkan tentang perubahan performa yang dihasillkan dari perubahan mental seorang atlet yang mengharapkan pengaruh dari sesuatu yang diterima atau diminumnya. Pada lingkungan klinis, plasebo diberikan dalam bentuk seustan tidak aktif untuk memuaskan kebutuhan simbolik dari suatu terapi. Dalam suatu penelitian double-blind, sebagian subjek diberikan dan sebagian lagi sebagai kelompok control yang diberikan bukan terapi, tetapi berbentuk sama sehingga sipenerima juga percaya sebagai suatu terapi. Petugas yang memberi dan subjek yang menerima dalam double blind study sama-sama tidak tahu apakah yang diberikan itu suatu terapi atau bukan terapi. Dalam banyak penelitian subjek dalam kelompok control yang menerima plasebo ini juga menunjukkan pertambahan baik performa. Misalnya, pasien yang disuntik hanya dengan air (larutan saline ), menurunkan rasa sakit sebanyak 70% bila dibandingkan dengan suntikan morfin. Contoh lainya, misalnya atlet yang diberitahu suntik dengan anabolic streoids, padahal sesungguhnya disuntik dengan air, naik performa dalam melakukan latihan.
            Hal ini juga berlaku terhadap berbagai produk minuman ergogenic. Produk minuman tersebut tidak/belum terbukti secara ilmiah memberi keuntungan yang nyata terhadap performa latihan. Beratus macam produk ergogenic yang dijual kepada atlet yang belum konklusif  memberi keuntungan , namun dapat memberi efek plasebo bagi atlet yang percya terhadap advertensi. Spesial  produk ergogenic telah banyak dan sering dinasihatkan para pelatih untuk meningkatkan fitness dan endurans. Contoh yang umum dijumpai misalnya minyak kecambah suplemen ( mengandung vitamin E dan asama-asam lemak tidak jenuh ), gelatin ( sebagai sumber asam amino glycine), fosfat dan alkaline diberikan kepada atlet . Bahan makanan ini dapat memberikan keuntungan fisiologi. Pemberian bahan makanan tersebut diatas dan bahan makanan superior lainya lebih berlandaskan kepada supervisi dan tradisi 





BAB III
PENUTUP

1.    Saran
A.    Kami sebagai penulis berharap kepada para pembaca memberikan masukan atau kritikan yang membangun dalam perbaikan makalah kami


2.    Kesimpulan
Gizi dan olahraga adalah bagian dari pencapaian prestasi olahraga. Gizi olahraga adalah studi multidisiplin yang menggabungkan fisiologi latihan fisik, biokimia, fisiologi terapan, dan biologi molekuler. Pengaturan gizi olahraga bertujuan untuk memperoleh penampilan olahraga dan latihan yang baik.Gizi adalah ilmu tentang makanan dan hubungannya dengan kesehatan dan aktivitas fisik.
Mitos merupakan dugaan-dugaan dalam keseharian aktivitas yang dipercaya oleh manusia.



DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, Pedoman Pengaturan Makanan Atlet,1993
Th. Sediyanti, SKM, Masalah-Masalah Dalam Pelayanan Makanan Atlet Dan Pemecahanya,PON XIII,1993, Jakarta
Direktorat Bina Gizi Masyarakat:” Gizi Olahraga Untuk Prestasi”,Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat tahun 2000
Direkorat Bina Gizi Masyarakat “Kumpulan Makalah penyusunan dan disemasi Modul Gizi Olahraga”,

AGRESIVITAS DALAM OLAHRAGA

BAB 1 PENDAHUUAN A.     Latar belakang Dewasa ini sering dijumpai suatu tindakan-tindakan yang kurang terpuji dari berbagai kalang...