BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Olahraga mempunyai peran
yang penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan olahraga merupakan barometer
untuk mendorong pertumbuhan fisik dan perkebangan psikis. Dalam kehidupan
moderen sekarang ini manusia tidak bisa dipisahkan dari kegiatan olahraga, baik
untuk meningkatkan prestasi maupun kebutuhan dalam menjaga kondisi tubuh agar
tetap sehat.
Agar senantiasa mampu dan
fit untuk melakukan aktivitas jasmaniah tersebut maka orang harus mengembangkan
faktor-faktor fisiknya, misalnya kekuatannya, daya tahannya, ketrampilannya,
dan unsur-unsur biomotorik yang lain. Orang juga harus selalu berada dalam
kondisi yang lebih baik daripada kondisi yang diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari agar selalu dapat mengatasi tekanan-tekanan hidup yang sering kali
datang mendadak. Tekanan apapun yang bakal dihapainya dia berkewajiban untuk
menyesuaikan dirinya dengan stres-stres tersebut, dan berusaha sekuat mungkin
untuk mengatasinya. Olahraga dalam hal ini akan dapat merupakan alat yang baik
untuk memperbaiki dan mengembangkan fitness yang sering dibutuhkan dalam
keadaan-keadaan darurat dan tekanan-tekanan mendadak tersebut.
Dibandingkan dengan
prestasi beberapa puluh tahun yang lalu prestasi olahraga baik prestasi
olahraga Indonesia, maupun prestasi olahraga atlet-atlet dunia belakangan ini
semakin memperlihatkan paningkatan. Prestasi olahraga yang semula dibayangkan
orang sukar atau malah mustahil akan dapt dicapai, kini menjadi hal yang
lumrah, dan jumlah atlet yang mampu untuk mencapai prestasi demikian kini
semakin banyak.
Riset dalam berbagai
bidang pun turut mendukung pengayaan dalam teori dan metodologi latihan.
Demikian pula, berbagai disiplin dan su-disiplin ilmu yang erat hubungannya
dengan olahraga telah dilibatkan untuk mendukung teori tersebut.
Setiap pelatih akan
senantiasa berusaha untuk meningkatkan prestasi atlet-atletnya setinggi
mungkin. Untuk itu, pelatih dengan sendirinya harus senantiasa berusaha untuk
meningkatkan pengetahuannya di dalam teori dan metodologi latihannya.
Tujuan serta sasaran
utama dari latihan atau training adalah untuk membantu atlet meningkatkan
keterampilan dan prestasinya semaksimal mungkin. Untuk mencapai hal tersebut
latihan fisik adalah salah satu yang perlu diperhatikan dan dilatih secara
seksama.
Latihan fisik yang
dilakukan secara teratur, sistematis dan berkesinambungan, serta dituangkan
dalam sebuah program latihan akan meningkatkan kemampuan fisik secara nyata.
Latihan fisik adalah suatu upaya yang disadari dan terprogram untuk membina kualitas fungsional dasar
atlet ke jenjang yang lebih tinggi, sehingga dapat mencapai prestasi yang
optimal.
Kondisi fisik adalah
satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu
saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya. Artinya bahwa di dalam usaha
peningkatan kondisi fisik maka seluruh komponen harus dikembangkan (M. Sajoto,
1988: 57).
Kondisi fisik atlet
memegang peranan yang sangat penting dalam program latihannya. Program latihan
fisik haruslah direncakan secara baik dan sistematis dan kemampuan fungsional
dari sistem tubuh sehingga dengan demikian memungkinkan atlet untuk mencapai
prestasi yang lebih baik (Harsono, 1988: 152). Komponen kondisi fisik dasar terdiri dari: kekuatan, kecepatan, daya
ledak, kelentukan, kelincahan, keseimbangan, daya tahan, reaksi, ketepatan,
koordinasi. Dijelaskan lebih lanjut bahwa kondisi fisik sangat berhubungan
dengan tingkat kemampuan seorang atlet dalam mencapai prestasi. (Pusat Pengkajian
dan Pengembangan IPTEK Olahraga, 1999:5).
Sepuluh komponen fisik
tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak bisa dipisahkan.
Komponen-komponen fisik tersebut masing-masing memiliki peran yang berbeda
sesuai dengan karakteristik yang dimiliki. Terlepas dari beberapa komponen
kondisi fisik tersebut diatas, yang menjadi pengamat penulis pada makalah ini
yaitu tentang kekuatan atau strength.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa itu kekuatan ?
2.
Bagaimana bentuk latihan kekuatan ?
3.
Bagaimana bentuk tes kekuatan ?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian kekuatan.
2.
Untuk mengetahui bentuk latihan kekuatan.
3.
Untuk mengetahui bentuk tes kekuatan.
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
KEKUATAN
Kekuatan merupakan unsur
terpenting dalam tubuh manusia seperti yang dikemukakan oleh Rusli Lutan, dkk
(2000: 66) kekuatan adalah komponen yang sangat penting guna meningkatkan
kondisi fisik seseorang secara keseluruhan. Sedangkan menurut Nurhasan (2005:
3) kekuatan adalah kemampuan sekelomopok otot dalam menahan beban secara
maksimal. Secara sederhana kekuatan dapat diartikan sebagai kemampuan dari otot
untuk mengatasi tahanan atau beban dalam menjalankan aktifitas.
Menurut Rusli Lutan, dkk
(2000: 66) kekuatan dirinci menjadi tiga bagian yaitu:
1)
Kekuatan maksimum merupakan gaya atau
tenaga terbesar yang dihasilakn oleh otot yang berkontraksi dengan tidak
menentukan berapa cepat suatu gerakan dilakukan atau berapa lama gerakan itu
dapat diteruskan.
2)
Kekuatan elastis adalah tipe kekuatan yang
sangat diperlukan dimana otot dapat bergerak cepat terhadap suatu tahanan.
Kombinasi dari kecepatan kontraksi dan kecepatan gerak yang disebut power.
3)
Daya tahan kekuatan adalah kemampuan
otot-otot untuk terus-menerus menggunakan daya dalam menghadapai meningkatnya
kelelahan. Daya tahan kekuatan adalah kombinasi antara kekuatan dan lamanya
gerakan.
Sedangkan menurut Djoko
Pekik Iriranto (2002: 66), kekuatan otot dapat didefenisikan sebagai kemampuan
otot atau sekelompok otot untuk mengatasi tahanan. Mengenai kekuatan otot
menurut Len Kravits (2001: 6) kekuatan otot adalah kemampuan otot yang
menggunakan tenaga maksimal, untuk mengangkat beban.
Kekuatan otot merupakan
komponen kondisi fisik seseorang yang diciptakan oleh otot atau sekelompok otot
yang digunakan tubuh serta melawan tahanan atau beban dalam aktifitas tertentu
serta melindungi tubuh dari cidera. Dalam hubungannya dengan olahraga, kekuatan
otot merupakan salah satu komponen dasar biomotor yang diperlukan hampir dalam
setiap cabang olahraga.
Otot-otot yang kuat dapat
melindungi persendian yang dikelilinginya kemungkinan terjadinya cidera karena
aktivitas fisik. Menurut Harsono (1988: 177) “Strength” bisa digunakan untuk
meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan karena kekuatan merupakan daya
penggerak setiap aktifitas fisik serta memegang peranan penting dalam
melindungi atlit dari kemungkinan cidera.
B.
BENTUK
LATIHAN KEKUATAN
Latihan-latihan yang
cocok untuk memperkembang kekuatan adalah latihan-latihan tahanan (resistance
excercises), dimana kita harus mengangkat, mendorong, atau menarik suatu beban.
Agar efektif hasilnya, latihan-latihan tahanan haruslah dilakukan sedemikian
rupa sehingga atlet harus mengeluarkan tenaga maksimal atau hampir maksimal
untuk menahan beban tersebut.
Latihan-latihan tahanan,
menurut type kontraksi ototnya dapat dibedakan menjadi tiga yaitu latihan
kontraksi isometris, latihan kontraksi isotonis dan latihan kontraksi
isokinetis.
Dalam kontraksi isometris
otot-otot tidak memanjang atau memendek sehingga tidak akan nampak suatu
gerakan yang nyata, atau dengan kata lain, tidak ada jarak yang ditempuh. Akan
tetapi, meskipun demikian, di dalam otot ada tegangan (tension), dan semua
tenaga yang dikeluarkan di dalam otot diubah menjadi panas (heat). Kontraksi
demikian disebut juga statis. Otot berusaha untuk memendek, akan tetapi tidak
mampu untuk melakukannya. Contoh dari kontraksi isometris yaitu mendorong,
mengangkat, atau menarik lemari besi, mobil, tembok dan sebagainya.
Dalam latihan isotonis
akan nampak adanya gerakan dari anggota tubuh. Hal ini terjadi karena ada
gerakan memendek dan memanjangnya otot, sehingga terdapat perubahan dalam
panjang otot. Kontraksi ini disebut juga kontraksi dinamis.
Dalam latihan-latihan
isotonik kita dapat memakai badan kita sendiri sebagai beban, akan tetapi oleh
karena latihan-latihan tersebut harus merupakan progresive isotonic training
yang makin lama makin membutuhkan bobot yang lebih berat, maka diperlukan beban
yang tidak ada pada tubuh kita.
Latihan kontraksi
isokinetis merupakan kombinasi dari isometrik dan isotonis yaitu dilakukan
melalui alat-alat tertentu yang diatur sedemikian rupa sehingga jika latihan
diawali dengan isometrik kemudia setelah beberapa detik terjadi kontraksi
isotonis. Misalnya seseorang berusaha mendorong mobil yang direm, maka mobil tidak
dapat bergerak setelah beberapa detik remnya dilepas maka mobil bergerak dan
terjadilah kontraksi isotonis.
Latihan kekuatan otot
terbagi atas latihan kekuatan otot bagian atas dan latihan kekuatan otot bagian
bawah, berikut contoh bentuk latihan kekuatan otot:
1.
Latihan Kekuatan Tubuh Bagian Atas
1) Push-up (Telungkup Dorong Angkat
Badan)
a)
Tujuannya adalah melatih kekuatan dan daya tahan otot
lengan.
b)
Cara melakukannya sebagai berikut.
1) Tidur
telungkup, kedua kaki rapat lurus ke belakang dengan ujung kaki bertumpu pada
lantai.
2) Kedua
telapak tangan menapak lantai di samping dada, jari-jari menghadap ke depan,
siku ditekuk.
3) Angkat
badan ke atas hingga kedua tangan lurus, kepala, badan dan kaki berada dalam
satu garis lurus.
4) Badan
diturunkan kembali dengan cara menekuk lengan, sementara posisi kepala, badan
dan kaki tetap lurus tidak menyentuh lantai.
5) Gerakan
ini dilakukan berulang-ulang sampai merasa tidak kuat.
Latihan ini
dilakukan secara bertahap, yaitu 10–15 kali dan 20 kali. Dari tahap ke tahap
berikutnya diselingi istirahat ± 30 detik.
2) Pull-up (Gantung Angkat Tubuh)
a. Tujuannya
adalah melatih kekuatan dan daya tahan otot lengan.
b. Cara
melakukannya sebagai berikut.
1) Sikap
awal bergantung pada palang tunggal, jarak kedua tangan selebar bahu, posisi
telapak tangan menghadap ke arah kepala, kedua lengan lurus.
2) Angkat
tubuh dengan membengkokkan kedua lengan sehingga dagu berada di atas palang.
3) Badan
diturunkan kembali dengan cara meluruskan lengan, sementara posisi kepala,
badan, dan kaki tetap lurus.
4) Gerakan
ini dilakukan berulang-ulang sampai merasa tidak kuat.
Latihan ini
dilakukan secara bertahap, yaitu 10 kali, 15 kali, dan 20 kali. Setiap tahap diselingi
waktu ± 30 detik.
3) Latihan Kekuatan Otot Punggung (Back-up)
a. Tujuannya
adalah melatih kekuatan otot punggung.
b. Cara
melakukannya sebagai berikut.
1) Sikap
awal: tidur telungkup, kedua kaki rapat lurus ke belakang, kedua tangan dengan
jari-jari berkaitan diletakkan di belakang kepala (pergelangan kaki dapat
dipegangi teman.
2) Angkat
badan ke atas sampai posisi dada dan perut tidak lagi menyentuh lantai, kedua
tangan tetap berada di belakang kepala.
3) Badan diturunkan
kembali ke sikap awal.
4) Gerakan
ini dilakukan berulang-ulang sebanyak mungkin.
Lakukan
secara bertahap dimulai 10 kali, 15 kali, 20 kali, dan seterusnya, serta diselingi
istirahat ± 30 menit.
2.
Latihan Kekuatan Bagian Bawah
1.
Squat Jump
a. Tujuan
adalah melatih kekuatan otot tungkai.
b. Cara melakukan gerakan sebagai
berikut.
1) Berdiri tegak salah satu kaki di depan, kedua
tangan di belakang kepala.
2) Kedua kaki ditekuk sampai pantat menyentuh tumit,
badan tetap tegak dan tangan tetap di atas kepala.
3) Meloncat ke atas sampai kedua kaki tergantung
lurus.
4) Mendarat dengan menukar posisi kaki yang semula di
depan menjadi di belakang, pantat menyentuh tumit.
5) Gerakan dilakukan berulang-ulang sampai merasa
tidak kuat.
6) Gerakan dinyatakan gagal apabila
a) loncatan
tidak penuh (kaki tidak tergantung lurus di udara)
b) tangan
terlepas dari belakang kepala;
c) posisi
kaki tidak ditukar;
d) pantat
tidak menyentuh tumit.
Latihan ini dilakukan secara bertahap, yaitu 10 kali,
15 kali, dan 20 kali. Dari tahap ke tahap berikutnya diselingi istirahat ± 30
detik.
2. Naik Turun Bangku
a. Tujuannya adalah untuk melatih kekuatan
otot tungkai.
b. Cara melakukan sebagai berikut.
1) Berdiri tegak menghadap bangku.
2) Salah satu kaki dinaikkan ke
bangku, disusul kaki yang lain.
3) Kaki diturunkan secara
bergantian, posisi badan tetap tegak.
4) Gerakan dilakukan berulang-ulang
sampai merasa tidak kuat.
Pada prinsipnya, latihan kekuatan dan daya tahan
adalah gerakan dilakukan dengan berulang-ulang dan dilakukan menurut kemampuan
tiap individu.
Menurut Zaenul (2008),
tes standar sering disebut juga dengan istilah tes baku hasil belajar. Secara
operasional tes baku adalah tes yang dikonstruksi sesuai dengan spesifikasi
tertentu dan telah teruji serta terpilih karakteristiknya, yang disertai dengan
manual baku untuk pegujian, penskoran, norma, serta interprestasi hasilnya.
Pendapat tersebut memberikan kejelasan kepada kita sehingga kita dapat menarik
kesimpulan bahwa kebakuan dari tes baku bukanlah pada isinya, tetapi lebih
kepada prosedurnya, dan bukan pada peserta didiknya tetapi lebih pada
akuntabilitas tesnya sendiri.
Tes kebugaran jasmani,
penulis merujuk kepada tes yang dikembangkan oleh Pusat Kebugaran Jasmani dan
Rekreasi Depdiknas yang telah menyusun rangkaian tes yaitu Tes Kebugaran
Jasmani Indonesia (TKJI) yaitu sebagai berikut:
1.
Tes Kekuatan
Pegangan (Hand Dynamometer)
Grip strength dilaksanakan untuk mengetahui kekuatan otot peras tangan. Kekuatan
otot peras tangan juga termasuk dalam komponen kesegaran jasmani, maka sangat
perlu untuk kekuatan otot ini tetap selalu dilatih untuk ditingkatkan kekuatannya.
a.
Alat yang digunakan dalam tes Grip
Strenght ini adalah Grip Strenght Dynamometer atau Hand Dynamometer.Satuan dari
alat ini adalah Kilogram (Kg)
b.
Prosedur Pelaksanaan Tes
1)
Pengukuran Otot Peras Tangan Kanan dan
Kiri. Orang coba berdiri tegak dengan posisi kaki dibuka kurang lebih 20
cm atau selebar bahu.
2)
Pandangan lurus kedepan. Tangan
memegang Grip Strenghtdynamometer Tangan harus lurus. Skala
dynamometer menghadapkeluar atau kedepan. Jarum dynamometer berada
pada angka nol.
3)
Setelah itu, Grip Strenght Dynamometer
diperas dengan sekuat tenaga
4)
Hanya dengan sekali perasan.
Penekanannya tidak boleh dengan sentakan
5)
Tangan yang diperiksa maupun alat grip
streng dynamometer tidak bolah tersentuh badan ataupun benda lain.
6)
Hasil tes dapat dilihat pada skala
dynamometer.Dilakukan sebanyak 3 kali ,di ambil hasil yang terbaik.
7)
Norma penilaian dan klasifikasi kekuatan
peras otot tangan kanan pria dan wanita:
Kategori Prestasi pria (kg) Prestasi
Wanita (kg)
Baik sekali 55.50 – keatas 42.50 – keatas
Bagus 46.50 – 55.00 32.50 – 41.00
Sedang 36.50 – 46.00 24.50 – 32.00
Cukup 27.50 – 36.00 18.50 – 24.00
Kurang SD – 27.00 SD – 18.00
2.
Tes Kekuatan
Lengan (Beneh press I-RIM test)
a.
Jenis Tes: Push-Up semampu mungkin
b.
Tujuan: Mengukur kekuatan otot lengan dan tangan
c.
Alat dan peralatan
- Tally
counter
- Lantai
yang datar atau matras
- Blangko
dan alat tulis.
d.
Pengetes: 1 orang pencatat
hasil dan 1 orang pengawas merangkap penghitug
e.
Pelaksanaan Tes
1)
Sebelum memulai tes dipastikan semua alat
lengkap.
2)
Testee tengkurap dilantai , kedua tangan
diletakkan didada, kedua kaki lurus, rapat dan tubuh simetris.
3)
Dengan aba-aba “Ya” testee berusaha
mengangkat tubuh dengan kedua tangannya lurus.
4)
Seorang pengawas merangkap menghitung
testee yang melakukan tes push-up.
5)
Tes dilakukan 2x
6)
Pencatatan hasil: Hasil yang dicatat
adalah berapa kali testee dapat melakukan tes tersebut dngan benar dan semampu
mungkin.
7)
Lakukan berulang-ulang dengan
nilai A adalah 41 kali permenit.
Catatan : Dipastikan selama tes berlangsung seluruh tubuh terangkat keatas.
3.
Tes Kekuatan
Otot Perut (The Curl Up Test)
a.
Jenis Tes: Sit-Up semampu mungkin
b.
Tujuan: Mengukur kekuatan otot perut
c.
Alat dan peralatan
Ø
Tally counter
Ø
Lantai yang datar atau matras
Ø
Blangko dan alat tulis.
d.
Pengetes: 1 orang pencatat
hasil dan 1 orang pengawas merangkap penghitug
e.
Pelaksanaan Tes
1.
Posisi tubuh tidur terlentang
2.
Kaki menutup,menempel satu sama lain
3.
Lutut ditekuk kurang lebih 45 derajat,
sehingga membentuk posisi kaki V- Sit Up
4.
Kedua tangan menyentuh belakang telinga.
5.
Setelah itu gerakkan tubuh bagian atas
naik turun
6.
Ketika naik, perut dan dada harus sampai
menyentuh paha
7.
Ketika turun, kepala tidak boleh sampai
menyentuh lantai, tetapi pundak harus menyentuh lantai.
8.
Posisi tangan jari-jari tangan harus
tetap menmpel disamping telinga.
9.
Jika pergerakan atau pelaksanaan tidak
sesuai dengan prosedur yang ada. Maka tidak bisa dihitung.
10.
Perhitungan, jika dimulai dari posisi
dibawah, maka duhitung sekali jika sudah turun lagi. Begitu juga sebaliknya.
Jika dimulai dari atas, maka dihitung satu jika berada di posisi atas lagi.
11.
Lakukan berulang-ulang dengan
nilai A adalah 41 kali permenit.
4.
Tes Kekuatan
Tungkai/Lutut (Leg Dynamometer/CYBEX division of lumex)
a.
Tujuan: Mengukur kekuatan otot tungkai
b.
Jenis Kelamin: Laki-laki dan perempuan
c.
Alat/fasilatas: Leg Dynamometer
d.
Pelaksanaan :
1.
Teste memakai pengikat pinggang, kemudian berdiri dengan membengkokkan
kedua lututnya hingga membentuk sudut ± 450, kemudian alat pengikat
pinggang tersebut dikaitkan pada leg dynamometer.
2.
Setelah itu teste berusaha sekuat-kuatnya meluruskan kedua tungkainya.
3.
Setelah teste itu meluruskan kedua tungkainya dengan maksimum, lalu kita
lihat jarum alat-alat tersebut menunjukkan angka berapa.
4.
Angka tersebut menyatakan besarnya kekuatan otot tungkai teste.
5.
Penilaian : Skor terbaik dari tiga kali percobaan dicatat sebagai skor dalam satuan kg,
dengan tingkat ketelitian 0,5 kg
Ø Norma penilaian dan klasifikasi kekuatan otot
punggung Pria.
KATEGORI PRESTASI (kg)
Baik sekali 153.50 – keatas
Bagus 112.50 – 153.00
Sedang 76.50 – 112.00
Cukup 52.50 – 76.00
Kurang SD –52.00
Ø Norma penilaian dan klasifikasi kekuatan otot
punggung Wanita
KATEGORI PRESTASI (kg)
Baik sekali 103.50 – keatas
Bagus 78.50 – 103.00
Sedang 57.50 – 78.00
Cukup 28.50 –57.00
Kurang SD –28.00
5.
Tes Kekuatan
Pinggang/Togok (Back Dynamometer)
a.
Tujuan: Mengukur komponen kekuatan otot punggung
b.
Jenis Kelamin: Laki-laki dan perempuan
c.
Alat/fasilatas: Back Dynamometer
d.
Pelaksanaan :
1.
Teste coba berdiri, panggul dirapatkan di dinding, badan dibungkukkan ke
depan.
2.
Kedua tangan lurus memegang dynamometer dengan kedua
tangan lurus.
3.
Teste berusaha sekuat-kuatnya mengangkat badan ke atas, sehingga menuju
pada sikap berdiri tegak.
4.
Alat tersebut menunjukkan angka yang menyatakan besarnya kekuatan kontraksi
dari otot punggung tersebut.
e.
Penilaian : Besarnya kekuatan tarikan otot punggung teste dapat
dilihatpada alat pengukuran setelah melakukan tes tersebut.
Ø Norma penilaian dan klasifikasi kekuatan otot punggung Pria.
KATEGORI PRESTASI (kg)
Baik sekali 153.50 – keatas
Bagus 112.50 – 153.00
Sedang 76.50 – 112.00
Cukup 52.50 – 76.00
Kurang SD –52.00
Ø Norma penilaian dan klasifikasi kekuatan otot punggung Wanita
KATEGORI PRESTASI (kg)
Baik sekali 103.50 – keatas
Bagus 78.50 – 103.00
Sedang 57.50 – 78.00
Cukup 28.50 –57.00
Kurang SD –28.00
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas
dapat disimpulkan bahwa kekuatan otot merupakan komponen kondisi fisik
seseorang yang diciptakan oleh otot atau sekelompok otot yang digunakan tubuh
serta melawan tahanan atau beban dalam aktifitas tertentu serta melindungi
tubuh dari cidera.
Latihan-latihan yang
cocok untuk memperkembang kekuatan adalah latihan-latihan tahanan (resistance
excercises), dimana kita harus mengangkat, mendorong, atau menarik suatu beban.
Latihan-latihan tahanan, menurut type kontraksi ototnya dapat dibedakan menjadi
tiga yaitu latihan kontraksi isometris, latihan kontraksi isotonis dan latihan
kontraksi isokinetis.
Bentuk tes dari kekuatan
otot lengan menggunakan tes TKJI yang mana merupakan tes baku yang terdiri dari
push up, pull up, sit up, dan lain sebagainya. Yang mana secara operasional tes
baku adalah tes yang dikonstruksi sesuai dengan spesifikasi tertentu dan telah
teruji serta terpilih karakteristiknya, yang disertai dengan manual baku untuk
pegujian, penskoran, norma, serta interprestasi hasilnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Direktorral Jenderal
Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan Olahraga. 1999. Petunjuk Pelaksanaan Teknis Penerimaan Siswa Ragunan dan Pusat
Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP).
EnsiklopediaPenjas. 2012.
Macam-Macam Tes dan Pengukuran Kekuatan. (http://pendidikanjasmani13.blogspot.co.id/2012/11/macam-macam-tes-pengukuran-kekuatan.html)
online, diakses: Tanggal 02 November
2016.
Harsono.
1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikilogis
dalam Coaching. Jakarta: Tambak Kusuma
-----------.
2015. Kepelatihan Olahraga, Teori dan
Metodologi. Bandung. Rosda
Komarudin.
2016. Penilaian Hasil Belajar.
Bandung. Rosda