Jumat, 14 April 2017

Etika dan Moral dalam Pendidikan

oleh: Fazri T
BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat internasional di perlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain.
Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agar mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etika dan moral di masyarakat kita. Perilaku etis merupakan hal yang paling mendasar dalam melakukan suatu pekerjaan. Segala sesuatu yang berawal dari kesadaran dan ketulusan dalam bekerja maka hasilnya juga akan lebih baik.
Salah satu masalah sosial/kemasyarakatan yang harus mendapat perhatian kita bersama dan perlu ditanggulangi dewasa ini ialah tentang kemerosotan etika dan moral.
Mengingat pentingnya perkembangan etika dan moral, maka tentu akan ada sebuah proses yang tak lepas dari perkembangan etika dan moral itu sendiri. Proses yang dimaksud adalah yang disebut dengan pendidikan, karena melalui pendidikan perkembangan etika dan moral diharapkan mampu berjalan dengan baik, serasi dan sesuai dengan norma demi harkat dan martabat manusia itu sendiri.
Dalam dunia pendidikan patut diakui bahwa usia pendidikan sama tuanya dengan usia manusia. Manusia memiliki ciri khas yang secara prinsip berbeda dari ciptaan yang lainnya, salah satu perbedaan yang sangat nampak dalam kehidupan manusia adalah cara hidup yang penuh dengan nila-nilai baik dan luhur dalam kehidupannya.
Pendidikan telah dilaksanakan semenjak manusia lahir di muka bumi dengan sebuah tujuan awal bahwa pendidikan hanyalah sekedar mempersiapkan generasi muda untuk bisa berinteraksi dan bertahan di tengah masyarakat luas. Karena itu, bentuk pendidikan lebih berupa mewariskan wawasan, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan untuk generasi berikutnya, seperti yang dikemukakan oleh kumorotomo (2008: 3) bahwa setiap sistem baru yang ditemukan oleh sebuah generasi akan menjadi milik dari generasi sesudahya dan itu merupakan modal baginya untuk langkah selanjutnya.
Dalam makalah ini, penulis akan membahas tentang perbedaan etika dan moral dalam pendidikan.
B.            Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1.      Apa itu etika dan moral ?
2.      Bagaimana perbedaan etika dan moral dalam pendidikan

                                                                                                                        


                                                                                                                        
BAB II
PEMBAHASAN
A.           Pengertian Etika dan Moral
Etika dan moral merupakan dua istilah yang sejak dulu kala hingga sekarang terus diperbincangkan oleh para ahli, terutama di dunia filsafat dan pendidikan. Kedua istilah ini cukup menarik untuk dikaji mengingat keduanya berbicara tentang baik dan buruk, benar dan salah, atau yang seharusnya dilakukan dan yang seharusnya ditinggalkan. Etika dan moral selalu menghiasi kehidupan manusia dalam segala aspek kehidupannya.
Kata “etika” berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu ethos. Dalam bentuk tunggal kata ethos memiliki beberapa makna: tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang; kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan, sikap, cara berpikir. Sedang bentuk jamak dari ethos, yaitu ta etha, berarti adat kebiasaan. Dalam arti terakhir inilah terbentuknya istilah “etika” yang oleh Aristoteles, seorang filsuf besar Yunani kuno (381-322 SM), dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Karena itu, dalam arti yang terbatas etika kemudian berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (Bertens, 2002: 4).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) kata etika diartikan dengan: (1) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak serta kewajiban moral; (2) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; dan (3) asas perilaku yang menjadi pedoman (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008:402). Dari tiga definisi ini bisa dipahami bahwa etika merupakan ilmu atau pemahaman dan asas atau dasar terkait dengan sikap dan perilaku baik atau buruk. Sedangkan etika menurut filsafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Pada dasarnya, etika membahasa tentang tingkah laku manusia.
Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan baik dan buruknya prilaku manusia (Isnanto, 2015: 91):
1.        Etika deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.
2.         Etika normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.
Moral merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, moral diartikan sebagai susila. Moral adalah hal-hal yang sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia moral diartikan sebagai: (1) (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dsb; akhlak; budi pekerti; susila; dan (2) kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, bersedia berkorban, menderita, menghadapi bahaya, dsb; isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana terungkap dalam perbuatan (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008: 1041).
Kata lain yang juga lekat dengan kata moral adalah moralitas, amoral, dan immoral. Kata moralitas (Inggris: morality) sebenarnya sama dengan moral (Inggris: moral), namun moralitas bernuansa abstrak. Moralitas bisa juga dipahami sebagai sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk (Bertens, 2002: 7). Kata amoral dan immoral memiliki makna yang sama, yakni lawan dari kata moral. Amoral berarti tidak bermoral, tidak berakhlak (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008: 53). Sedang kata immoral tidak termuat dalam Kamus Bahasa Indonesia. Kata ini adalah kata Inggris yang berarti tidak sopan, tunasusila, jahat, dan asusila (Echols & Shadily, 1995: 312).
Moral merupakan daya dorong internal dalam hati nurani manusia untuk mengarah kepada perbuatan-perbuatan baik dan menghindari perbuatan-perbuatan buruk (Kumorotomo, 2008:11). Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan manusia.
Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.

B.            Perbedaan Etika dan Moral Dalam Pendidikan
Pendidikan merupakan sebuah proses yang dapat terjadi secara terus-menerus dalam kehidupan seseorang melalui pengajaran sehingga kemampuan, bakat, kecakapan dan minatnya dapat dikembangkan. Di bawah ini, beberapa pengertian tentang pendidikan yaitu:
1.        “Education is the process by which the human mind is disciplined and developed.” (Pendidikan adalah suatu proses dengan mana pemikiran, rasio, mental manusia didisiplin dan dikembangkan). Hal ini didasarkan pada sebuah pemikiran bahwa manusia itu adalah “Homosapiens” artinya jenis makhluk yang dapat berpikir dengan menggunakan logika.
2.        “Education is the process by which the individual is thought loyalty and conformity to the group and to social institutions.” (Pendidikan adalah kegiatan atau proses dengan mana individual dibina agar loyal setia tanpa syarat dan penyesuaian membuat pada kelompok atau lembaga sosial).
3.        “Education is a process of growth in which the individual is helped to developed his powers, his talent, his abilities, and his interest.” (Pendidikan adalah suatu proses pertumbuhan dalam mana individu dibantu mengembangkan daya-daya kemampuannya, bakatnya, kecakapannya dan minatnya).
Tiga pengertian pendidikan di atas mengacu kepada pendekatan antropologis, sosiologis dan psikologis. Dalam konteksnya, pendekatan sosiologis meninjau proses pendidikan dalam kaitannya dengan kehidupan dan lembaga sosial di luar individu, sedangkan pendekatan psikologis meninjau proses pendidikan dari sudut proses internal dalam diri manusia, sehingga lebih mengarah kepada peninjauan tentang konsep hakikat psikologis bukan filosofis. Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan merupakan suatu proses penyesuaian diri ke arah pendewasaan untuk mencapai suatu kesuksesan dalam hidup.
Etika dan moral merupakan dua kata yang sudah tak asing lagi ditelinga. Secara eksplist keduanya seringkali dianggap sama. Mesti sebenarnya makna kedua kata tersebut berbeda. Secara konseptual, dasar kedua kata tersebut sama yaitu menilai mengenai sesuatu yang dianggap baik dan buruk.
Dalam berinteraksi di tengah-tengah masyarakat, etika dan moral sangat diperlukan agar tercipta tatanan masyarakat yang damai, rukun, dan tenteram (etis dan bermoral). Meskipun kedua kata ini secara mendalam berbeda, namun dalam praktik sehari-hari kedua kata ini hampir tidak dibedakan. Dalam kehidupan sehari-hari perbedaan konsep normatif tidaklah penting selama hasilnya sama, yakni bagaimana nilai-nilai positif (baik dan benar) dapat diwujudkan dan nilai-nilai negatif (buruk dan salah) dapat dihindarkan.
Perbedaan etika dan moral dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
No
Moral
Etika
1
Mengajarkan apa yg benar
Melakukan kebenaran
2
Kompas/petunjuk dalam kehidupan
Memperhatikan dan mengikuti kompas/petunjuk dalam kehidupan
3
Aturan dalam kehidupan
Berjalan sesuai aturan
4
Tidak bisa di manipulasi

Bisa dimanipulasi
5
Wajib di taati

Berorientasi sesuai sikon, motif, tujuan dan kepentingan

Pada dasarnya etika dan moral pendidikan masing-masing memiliki pokok pemahaman yang berbeda, yaitu etika dan moral menyangkut kebiasaan atau sikap baik seseorang sedangkan pendidikan menyangkut sebuah proses yang secara terus-menerus berlangsung dalam kehidupan seseorang, yang mengacu pada tujuan pendidikan itu sendiri. Etika dan moral dalam pendidikan bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar dan indah untuk kehidupan manusia itu sendiri.
Menurut Akmad Sudrajat, perbedaan etika dan moral dalam pendidikan yaitu etika dalam pendidikan mengajarkan atau memungkinkan anak didik untuk mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan sekolah dan lingkungan sosial yang berada di luar sekolah, memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab dan bijaksana dan menunjukkan kemampuan menganalisis, memecahkan masalah dan dalam kehidupan secara bermartabat.
Sedangkan moral dalam pendidikan yaitu usaha yang dilakukan untuk mengubah sikap, perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan peserta didik agar mampu berinteraksi dengan lingkungan sekolah maupun keluarga dan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai atau aturan-aturan dan kebudayaan yang ada pada suatu wilayah atau lingkungan.




BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa “perbedaan etika dan moral dalam pendidikan yaitu etika mengajarkan tentang perbuatan/tindakan yang memungkinkan peserta untuk mematuhi aturan-aturan atau nilai-nilai yang ada disekolah maupun d lingkungan peserta didik, sedangkan moral mengajarkan tentang aturan-aturan atau nilai-nilai yang ada didalam sekolah maupun dilingkungan peserta didik, dengan tujuan untuk menanamkan nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar untuk perubahan tingkah laku, sikap dan tindakan demi tercapainya manusia yang paripurna”.

DAFTAR PUSTAKA
Isnanto. 2009. Buku Ajar Etika Profesi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Kumorotomo, Wahyudi. 2008. Etika Administrasi Negara. Jakarta: Rajawali Pers.
Saondi, O dan Suherman, A. 2015. Etika Profesi Keguruan. Bandung: Refika Aditama.
Supriati. 2015. “Pentingnya Pendidikan Moral”. (Online). (http://disdik.jambikota.go.id/ index.php/15-artikel/78-pendidikan-moral. Diakses 18 Maret 2017)

Tanyid, Maidiantius. 2014. “Etika dalam Pendidikan: Kajian Etis tentang Krisis Moral Berdampak pada Pendidikan”. Jurnal Jaffray, Vol. 12, No. 2, Oktober 2014. (Online). (http://download.portalgaruda.org/article.php?article=284007&val=7142&title=Etika%20dalam%20Pendidikan:%20Kajian%20Etis%20tentang%20Krisis%20Moral%20Berdampak%20Pada%20Pendidikan. Diakses 18 Maret 2017)


Terima kasih telah mengunjungi.. 😊😊😉

1 komentar:

AGRESIVITAS DALAM OLAHRAGA

BAB 1 PENDAHUUAN A.     Latar belakang Dewasa ini sering dijumpai suatu tindakan-tindakan yang kurang terpuji dari berbagai kalang...