Senin, 28 Mei 2018

AGRESIVITAS DALAM OLAHRAGA


BAB 1
PENDAHUUAN

A.    Latar belakang
Dewasa ini sering dijumpai suatu tindakan-tindakan yang kurang terpuji dari berbagai kalangan olahraga. Sering kali yang diberitakan adalah kerusuhan dalam pertandingansepakbola. Mulai dari pemain dengan pemain, pemain dengan wasit, pemain dengan superter. Hampir setiap ada penyelenggaraan pertandingan sepakbola, di situ pula terjadi kerusuhan. Kerusuhan dalam sepakbola adalah salah satu contoh yang menggambarkan tindak kekerasan dalam olahraga.
winberg dan Gould ( 2003: 512 ) mengartikan agresi adalah perilaku yang diarahkan menuju tujuan merugikan atau melukai orang lain. Perilaku agresi dalam bentuk fisik atau psikis. Agresi dapat dilihat baik dan juga dapat dilihat sebagai hal buruk . pemain-pemain agresif sangat diperlukan untuk menenangkan pertandingan, seperti sepakbola, tetatpi sifat dan sikap agresif apabila apabila terkendali dapat menjerumus pada tindakan-tindakan berbahaya, melukai lawan, melanggar peraturan, dan mengabaikan sportivitas. Oleh karena itu  agretivitas tidak di artikan sebagai bentuk serangan yang kejam, tetapi dikaitkan erat dengan ciri khas olahraga itu sendiri, seperti molahraga bela diri yang membutuhkan sikap agresif.
B.     Rumusan Masalah
1.      Pengertian agretivitas ?
2.      Teori Agresivitasi ?
3.      Perilaku Agresif Dalam Olahraga
4.       Pengendalian Agresivitas dalam Olahraga ?
5.      Upaya Pengendalian Agresivitas ?
6.      Menyelesaikan Konflik dan Perselisihan dengan Cara Tanpa Kekerasan ?
7.      Mengontrol Agresivitas Penonton?
C.     Tujuan makalah
1.      Untuk mengetahui Pengertian agretivitas
2.      Untuk mengetahui Teori Agresivitasi
3.      Untuk mengetahui Perilaku Agresif Dalam Olahraga
4.      Untuk mengetahui Pengendalian Agresivitas dalam Olahraga 
5.      Untuk mengetahui Upaya Pengendalian Agresivitas
6.     Untuk mengetahui Menyelesaikan Konflik dan Perselisihan dengan Cara Tanpa Kekerasan
7.      Untuk mengetahui Mengontrol Agresivitas Penonton

D.    Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini adalah sebagai bahan masukan bagi pelatih olahraga dan guru pendidikan jasmani agar bisa senantiasa memantapkan cara mereka dalam melakukan agretivitas pada atlet dan siswa.


  
BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN AGRETIVITAS
Agresifitas adalah istilah umum yang di kaitkan dengan adanya perasaan –perasaan marah atau permusuhan atau tindakan melukai orang lain baik dengan tindakan kekerasan secara fisik, verbal maupun menggunakan ekpresi wajah dan gerakan tubuh yang mengancam atau merendahkan. Tindakan agresif pada umumnya merupakan tindakan yang di sengaja oleh pelaku untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Ada 2 tujuan utama agresif yang saling bertentangan satu dengan yang lain, yakni untuk membela diri di satu pihak dan di pihak lain adalah untuk meraih keunggulan dengan cara membuat lawan tidak berdaya. 
Agresifitas yang wajar.  T idak setiap tindakan agresif merupakan perilaku yang bermasalah. Agresif mungkin muncul sebagai pelampiasan perasaan marah dan frustasi. Bila agresifitas muncul karena kondisi psikologis yang bersifat temporer dan dipahami berdasarkan konteks situasi yang dihadapi anak maka itu merupakan tindakan yang masih bisa diterima. Justru ketidakmampuan seorang anak untuk mengekspresika dorongan agresif pada situasi-situasi tertentu merupakan indikasi adanya permasalahan perkembangan pada dirinya. Mungkin itu merupakan akibat dari mekanisme hambatan yang berlebihan yang secara psikologis tidak terlalu sehat untuk perkembangan selanjutnya.  Agresifitas yang tidak wajar. Namun ada kecenderungan agresifitas yang bersifat menetap pada anak tertentu. Secara umum kecenderungan ini menandakan kepribadian yang agresif. Ini menandakan kepribadian yang agresif merupakan perkembangan kepribadian. Dampak negatif pada diri sendiri dan pada lingkungan cukup serius. 
Upaya untuk mendefinisikan agresif telah banyak dilakukan oleh para ahli. Sebagian dari definisi tersebut dapat dirangkumkna bahwa agresivitas adalah beberapa bentuk atau serangkaian perilaku yang bertujuan untuk membahayakan atau mencederai orang lain(Dolar, Miller, Do’ob, Mourer & Sears, 1939; Boron, 1991). Definisi agresif seperti itu sering digunakan interchangeably dengan istilah hostility pada satu sisi, padahal sebenarnya sangat berbeda dari segi maknawi dengan istilah asertif atau agresif sebagai tindakan yang sering muncul pada praktik olahraga disisi yang lain yang justru dibutuhkan untuk menampilkan keterampilan secara efektif dalam kompetisi olahraga.
R. H. Cox (1985) mengelompokkan tindakan agresif kedalam dua kategori. Pertama,Hostility Aggresion yaitu tindakan agresif yang disertai permusuhan dan dilakukan dengan perasaan marah serta bermaksut melukai orang lain atau lawan bertanding (Marcoen, 1999). Kedua, Instrumental Aggresion, yaitu perilaku agresif yang dijadikan sebagai alat untuk memenangkan pertandingan, tanpa bermaksut melukai orang lain atau kawan bertanding.

B.     Teori Agresivitasi
Rujukan teori yang dapat digunakan untuk memahami tentang agresivitas adalah Teori Naluri (Instinc Theory). Teori Agresif-Frustasi (Frustration-Aggresion Theory) dan Teori Belajar-Sosial (Social-Learning Theory).
1.      Teori Naluri (Instinc Theory). Teori ini berpijak dari tulisan Sigmund Freud dan Konrad Lorenz, menurut Freud (1950) Teori ini menyatakan tindakan agresif dipandang sebagai dorongan yang dibawa sejak lahir seperti halnya dorongan seksual dan rasa lapar.
2.      Teori Agresif-Frustasi (Frustration-Aggresion Theory) (Dolar, Miller, Do’ob, Mourer & Sears, 1939)  Teori ini menyatakan bahwa frustasi selalu menyebabkan tindakan agresif dan sebaliknya keagresifan selalu disebabkan oleh frustasi.
3.      Teori Belajar-Sosial (Social-Learning Theory) Teori yang digulirkan Bandura (1989)  ini berpandangan bahwa tindakan agresif adalah adalah sebuah respon atau perilaku yang dapat dipelajari, bukan karena adanya dorongan naluriah maupun frustasi. Selanjutnya Bandura (1989) menyebutkan bahwa tundakan agresif menunjukkan “circular effects” yang artinya bahwa tindakan agresif akan mendorong tindakan-tindakan agresif lainnya.
C.     Perilaku Agresif Dalam Olahraga
Permainan-permainan agresif sangat diperlukan untuk menenangkan pertandingan, seperti dalam sepak bola, tetapi sifat dan sikap agresif apabila tidak terkendali dapat menjurus pada tindakan-tindakan berbahaya, memulai lawan, melanggar peraturan, dan mengabaikan sportivitas.
Tipe kepribadian agresivitas terbagi menjadi 2, yakni agresivitas kurang terkontrol dan agresivitas selalu dikontrol dengan ketat. Tipe kepribadian yang agresivitasnya kurang control menunjukkan kurangnya larangan terhadap tingkah laku agresif dan cenderung frustasi dengan tindakan agresifnya. Individu yang agresivitasnya kurang control kemungkinan lebih besar melakukan tindakan criminal kekerasan karena tidak bimbang  melakukan kekerasan pada waktu marah. Sementara itu, tipe kepribadian agresivitas yang selalu terkontrol dengan ketat menunjukkan adanya control yang ekstrim kuat terhadap penguka[an agresivitas dalam berbagai kondisi
Biasanya, perilaku agresivitasnya dipengaruhi oleh besarnya halagan/rintangan yang dihadapi individu, kualitas frustasi, kepuasan seseorang terhadap cita-citanya, dan kondisi lingkungan masyarakat. Untuk itu, cara seseorang berperilaku agresif biasanya meniru apa yang dilakukan orang lain, dan vicarious process, yakni seolah-olah mengalami atau ikut terlibat didalamnya, misalnya, actor yang berperan sebaga orang jahat dikehidupan nyata dianggap jahat.
Tindakan agresif cenderung terjadi pada situasi yang tidak seimbang atau berlawanan. Tindakan agresif akan tertuju pada individu yang tidak disenangi atau berlawanan. Misalnya, orang atlet dimarahi oleh pelatihnya, atlet tersebut tidak berani melawan pelatihnya, tetapi atlet tersebut akan bertindak agresif dengan menyerang temannya atau lawannya.
Berdasarkan penjelasan tesebut, dapat disimpulkan bahwa pelatih membutuhkan atlet/pemain yang agresif untuk memenangkan suatu pertandingan, oleh karna itu, pelatih/Pembina wajib memanfaatkan sifat-sifat agresif dari atlet/pemainnya sehingga dapat tersalur dan terarah sesuai dengan aktivitasnya olahraga yang diikutinya.
D.    Pengendalian Agresivitas dalam Olahraga  
Sifat agresif yang dimiliki pemain yang juga memiliki kesetabilan emosional, disiplin, rasa tanggung jawab yang besar, tidak akan menjadi masalah dalam pengarahannya. Pelatih dapat menyiapkan atlet tersebut untuk bermain agresif dengan tidak perlu khawatir bahwa ia akan melukai lawan dan bertindak desttruktif dalam upaya untuk mencaoai tujuan atau memenangkan pertandingan. Dengan memberikan dorongan, pemberian stimulus yang positif dan sebagainya. Atlit akan bermain agresif tanpa mengalami frustasi.
Bertitik tolak dari “social-learning Theory”yaitu pemain akan meniru dan belajar dari pengalaman pemain lainnya maka pelatih harus menyiapkan pemain dengan petunjuk dan langkah praktis sebagai berikut :
1.      Anjuran untuk bermain agresif harus terarah, kapan da bagaimana cara yang tepat agar tidak menimbulkan hal-hal negative dan melukai lawan.
2.      Bermain agresif harus disertai peningkatan penguasaan diri agar dapat selalu mengontrol diri sendiri.
3.      Bermain agresif harus disertai disiplin dan rasa tanggung jawab, yaitu selalu mematuhi peraturan dan tunduk pada keputusan wasit serta dapat mempertanggungjawabkan tindakannya.
4.      Perlu adanya pemberian penghargaan bagi mereka yang bertindak agresif tetapi tidak melukai lawan, memelihara sportivitas dan sebaliknya berikan hukuman apabila berusaha melukai lawan atau tindakan tercela dan melanggar peraturan.
Dalam upaya mengendalikan tindakan kekerasan atau agresivitas yang menyimpang, dikemukakan Richard H. Cok sebagai berikut :
1.      Atlet-atlet mudah harus sudah diberi pengetahuan tentang contoh tingkah laku non agresif, penguasaan diri, dan penampilan yang benar.
2.      Atlet yang terlibat tindakan agresif harus dihukum. Harus disadarkan bahwa tindakan agresif dengan melukai lawan adalah tindakan yang tidak dibenarkan.
3.      Pelatih yang memberi kemungkinan para atlet terlibat dengan kekerasan harus ditelitih dan harus dipecat dari tugasnya sebagai pelatih.
4.      Pengaruh dari luar yang memungkinkan terjadinya tindakan agresif dengan kekerasan dilapangan pertandingan harus dihindari.
5.      Para pelatih dan wasit didorong dan dianjurkan untuk menghindari lokakarya- yang membahas tindakan agresif dn kekerasan.
6.      Disamping hukuman terhadap tindakan agresif dengan kekerasan atlet harus didorong secara positif meningkatkan kemampuan bertindak tenang menghadapi situasi-situasi emosional.
7.      Penguasaan emosi menghadapi tindakan agresif dengan kekerasan harus dilatih secara praktis antara lain melalui layihan mental

E.     Upaya Pengendalian Agresivitas
      Upaya-upaya untuk mengendalikan agresivitas antara lain:
(a)               teknik time out
(b)               memberikan pemahaman dan contoh perilaku nonagresif sebagai metode konstruktif untuk memecahkan masalah
(c)               menciptakan atau mendesain lingkungan belajar/latihanj yang kondusif, dan
(d)               memberikan latihan empat. Selain itu, ada pula upaya untuk mengendalikan tindakan kekerasan/agresivitas yang mnyimpang, antara lain:
1.      atlet-atlet mudah harus diberi pengetahuan tentang contoh tingkah laku nonagresif, peguasaan diri, dan penampilan yang benar.
2.      Atlet yang terlibat tindakan agresif harus dihukum, harus disadarkan bahwa tindakan agresif dengan melukai lawan adalah timdakan yang tidak benar.
3.      Pelatih yang member kemungkinan para atlet terlibat agresif dengan kekerasan harus diteliti dan harus dihentikan dari tugasnya sebagai pelatih,
4.      Pengaruh dari luar yang memungkinkan terjadinya tindakan agresif dengan kekerasan di lapangan pertandingan harus dihindarkan.
5.      Para pelatih dan wasit didorong atau dianjurkan untuk menghadiri lokakarya-lokakarya yang membahas tindakan agresif dan kekerasan.
6.      Disamping hukuman terhadap tindakan agresif dengan kekerasan, atlet harus didorong secara positif meningkatkan kemampuan bertindak tenang menghadapi situasi-situasi emosional.
7.      Penguasaan emosi mengahadapi tindakan agresif dengan kekarasan harus dilatih secara praktis melalui latihan mental.
F.      Menyelesaikan Konflik dan Perselisihan dengan Cara Tanpa Kekerasan
  Mengatasi konflik tanpa kekerasan adalah hal yang sangat penting untuk diajarakan kepada anak-anak. Perilaku olahraga harus tahu bagaimana menyelesaikan konflik dan perselisihan dengan cara tanpa kekerasan. Sementara itu, langkah-langkah sebagai berikut.
a.       Menyetujui untuk bertemu. Apakah yang bersangkutan setuju untuk bertemu dengan mediator (tapi tidak duduk di samping satu sama lain di pertemuan tersebut).
b.      Mencatat fakta. Setiap pihak yang bersengketa diberikan kesempatan untuk menceritakan tentang permasalahannya, para mediator mendengarkan,tetapi tidak memihak.
c.       Mengungkapkan perasaan, setiap pihak yang bersengketa mengungkapkan perasaannya tentang kejadian, dan mediator mengulangi apa yang dikatakan untuk memastikan kejelasan makna.
d.      Mempunyai tujuan untuk menyelesaikan. Konsekuensi diinginkan meyelesaikan konflik disajikan oleh masing-masing pihak yang bersengketa.
e.       Memiliki perubahan. Masing-masing pihak yang bersengketa dapat melakukan perubahan yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan konflik.
f.        Mengembangkan rencana aksi. Sebuah rencana tindakan dikembangkan dan masing-masing pihak yang bersengketa menujukkan komitmennya untuk rencana aksi dan menyelesaikan konflik secara kooperatif.
g.      Menindaklanjuti rencana tersebut. Pihak yang bersengketa akan ditanya oleh mediator apakah masalahnya masih ada.
G.    Mengontrol Agresivitas Penonton
   Pengendalian agresivitas tidak hanya dilakukan pada atlet saja tetapi dapat dilakukan pada penonton. Berikut adalah beberapa strategi umum untuk mengendalikan agresivitas penonton.
a.       Mengembangkan kebijakan pengendalian yang ketat tentang alcohol dan larangan minuman keras bagi penonton di dalam kompetensi olahraga.
b.      Memberikan hukuman bagi penonton yang bertindak agresif misalnya, segera mengusir penonton keluar, hentikan agresif secepat mungkin kemudian informasikan kepada penonton yang lain bahwa tidak akan memberikan toleransi kepada perilaku agresif dalam kompetensi.
c.       Mempekerjakan petugas keamanan, misalnya menghimpun untuk tidak akan mentolerir agresivitas penonton saat dilapangan.
d.      Mengimformasikan tidak ada toleransi pelati bagi pelatih yang agresif.
e.       Melakukan kerja sama dengan media dalam mensosialisaikan dan tidak membenarkan tindakan agresif.

BAB III
Simpulan  dan saran

Semua orang mengerti bahwa tindakan agresif, adalah tindakan yang tidak terpuji, maka orany yang memiliki keperibadian yang kuat tidak mudah untuk dipengaruhi untuk berbuat agresif. Mereka yang mengalami “emotional enstability“ atau ketidakstabilan emosi, karena perasaan marah dan perasaan negatif lainnya mudah dipengaruhi, dan mudah mendominasi perasaan yang lainnya. Individu yang memiliki emotional instability yang tidak mudah marah, mudah benci, mudah kecewa, mudah bingung, mudah kesal, dsb. Karena emosinya mudah terombang ambing, maka gejala emosional tersebut akan mengganggu fungsi jiwa yang lain. Sebagaimana diketahui bahwa jiwa kita merupakan kesatuan yang organis, dimana sumber kemampuan jiwa yang satu dapat mempengaruhi sumber kemampuan jiwa yang lain. Karena itu goncangan emosional akan mempengaruhi pertimbangan akal, sehingga individu tersebut akan bertindak tidak sesuai dengan akal sehat.
Individu yang menunjukkan gejala kematangan emosional atau “emotional maturity ” dapat meredam goncangan-goncangan emosional sehingga dapat tenang, dan dapat menjalankan fungsi akalnya dengan baik.Secara umum, individu yang memiliki kemarahan tinggi tiga kali lebih mungkin untuk mengembangkan angina atau serangan jantung dibandingkan orang yang memiliki kemarahan rendah, bahkan setelah pengaruh berisiko seperti faktor genetik, alkohol, berat badan, kolesterol, hipertensi dan merokok diperhitungkan pada rendah -kemarahan individu. Hal ini mencerminkan pengalaman banyak psikolog dan dokter yang menemukan korelasi langsung antara risiko kesehatan secara keseluruhan dan kemarahan intens. Secara umum, individu yang memiliki sikap bermusuhan berisiko tinggi menderita penyakit lain juga. Hal ini terjadi karena alasan seperti kesenangan untuk perilaku berisiko dan peningkatan aktivitas biologis ketika sangat marah dan mengalami dukungan sosial yang rendah.
Suasana kompetisi dan kelas pendidikan jasmani dan olahraga kerap kali menjadi media potensial yang mendorong perilaku terjadinya perilaku agresif. Perilaku ini dalam kadar yang sesuai sangat perlu dimiliki oleh para pemain untuk dapat memenangkan pertandaingan misalnya pertnadingan sepak bola, tinju dan lain-lain. Tetapi jika berlebihan dan tidak terkendali dapat menjurus pada tindakan-tindakan yang tidak diinginkan, berbahaya, mencederai lawan, melanggar peraturan, tidak fair play, bahkan dapat berakibat fatal. Tindakan agresif tidak sama peluangnya pada setiap cabang olahraga dan setiap atlet.
Beberapa rekomendasi untuk upaya mengendalikan agresifitas antara lain :
a)      Teknik time out.
b)      Memberikan pemahaman dan contoh perilaku non agresif sebagai metode konstruktif untuk memecahkan masalah.
c)      Menciptakan atau mendesain lingkungan belajar atau lingkungan latihan yang kondusif.
d)      Memberikan latihan empati.



  
Daftar Pustaka

Husdarta, (2010) Psikologi Olahraga,Bandung : Alfabeta
Cox H. Richard, (1985) Sport Psychology, Concepts and Aplication, Iowa: W.Mc. Brown,Publishers Dubuque
Mylsidayu Apta, (2014) Psikologi olahraga: Bumi aksara


Kamis, 24 Mei 2018

ENERGI PREDOMINAN PADA PERMAINAN SEPAK BOLA


BAB I
PENDAHULUAN
A.           LATAR BELAKANG
Hampir semua negara di dunia ini menaruh perhatian besar terhadap kegiatan olahraga di negaranya, oleh karena olahraga tidak hanya berperan dalam meningkatkan kesegaran jasmani penduduk suatu bangsa, akan tetapi olahraga juga ikut serta sebagai alat untuk membawa keharuman nama Bangsa dan Negara di forum Internasional.
Di Indonesia prestasi olahraga yang telah dicapai dari waktu ke waktu mengalami pasang surut diakibatkan oleh berbagai faktor hambatan. Namun dalam dekade ini boleh dikatakan sedikit demi sedikit mengalami kemajuan. Ini dapat dilihat pada beberapa cabang olahraga yang telah mampu mengukir prestasi, baik cabang olahraga perorangan maupun cabang olahraga beregu atau tim, seperti atletik, bulutangkis, sepaktakraw, sepak bola dan lainnya.
Khusus di daerah Sulawesi Selatan, prestasi olahraga yang telah dicapai khususnya pada cabang olahraga sepak bola sudah merupakan cabang olahraga yang mampu membawa nama harum daerah di tingkat nasional. Hal ini terbukti dengan berhasilnya tim sepak bola Sulawesi Selatan dalam meraih beberapa prestasi misalkan sebagai juara 2 pada ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016 di Jawa Barat dan seperti yang kita ketahui klub PSM Makassar berlaga pada kanca sepak bola tertinggi Nasional yaitu pada Liga 1 Gojek-Traveloka, dan bertengker di posisi keempat klasemen sementara liga tersebut. Dengan keberhasilan tersebut bukan berarti kita harus berhenti sampai disitu, akan tetapi dijadikan sebagai pemicu untuk terus berusaha dengan keras agar dapat mencapai prestasi yang lebih tinggi lagi dan minimal dapat mempertahankan prestasi yang telah dicapai.
Prestasi yang telah dicapai tersebut tentu tidak dapat terjadi tanpa didukung oleh berbagai faktor yang saling terkait. Seperti tersedianya pelatih yang baik, fasilitas dan alat yang bermutu, organisasi yang baik serta adanya suasana dorongan dari masyarakat maupun pemerintah, dan yang tidak kalah pentingnya adalah faktor kemampuan atlet itu sendiri, dalam hal ini menyangkut tentang kemampuan fisiknya.
Peranan kemampuan fisik, program latihan dan gizi sangat penting dalam menunjang prestasi olahraga tidak perlu diperdebatkan lagi, bagi yang memiliki kemampuan fisik yang tinggi tentu akan lebih berpeluang untuk berprestasi. Seperti halnya pada olahraga sepak bola, untuk mencapai hasil yang optimal, maka harus didukung dengan kemampuan fisik yang memadai. Hal ini disebabkan karena tanpa kemampuan fisik maka sulit untuk mengembangkan dan menguasai permainan yang baik, begitu pula sebaliknya dengan kemampuan fisik yang memadai maka permainan akan dapat ditampilkan dengan hasil baik.
Kemampuan fisik yang baik di dapat dari latihan dan gizi yang dikonsumsi, yang berefek langsung pada pemenuhan energi untuk keperluan latihan dan kompetisi. Energi yang digunakan dalam latihan maupun kompetisi sangat berpengaruh pada performa dan hasil dari suatu latihan atau pertandingan. Pada makalah ini akan membahas tentang energi yang predominan yang digunakan dalam permainan sepak bola, bentuk latihan, otot yang terlibat, serta efek dari latihan terhadap peningkatan energi predominan tersebut.
B.            RUMUSAN MASALAH
1.         Energi apa yang predominan dalam permainan sepak bola?
2.         Bagaimana mengetahui bentuk latihan dalam permainan sepak bola?
3.         Bagaimana mengetahui otot terlibat dalam latihan permainan sepak bola?
4.         Bagaimana mengetahui efek latihan dalam permainan sepak bola?

C.            TUJUAN
1.         Untuk mengetahui energi yang predominan dalam permainan sepak bola.
2.         Untuk mengetahui bentuk latihan dalam permainan sepak bola.
3.         Untuk mengetahui otot yang terlibat dalam latihan permainan sepak bola.
4.         Untuk mengetahui efek latihan dalam permainan sepak bola.





BAB II
PEMBAHASAN
A.           Sepak Bola
Sepak bola adalah cabang olahraga yang menggunakan bola yang umumnya terbuat dari bahan kulit dan dimainkan oleh dua tim yang masing-masing beranggotakan 11 (sebelas) orang pemain inti dan beberapa pemain cadangan. Memasuki abad ke-21, olahraga ini telah dimainkan oleh lebih dari 250 juta orang di 200 negara, yang menjadikannya olahraga paling populer di dunia. Sepak bola bertujuan untuk mencetak gol sebanyak-banyaknya dengan menggunakan bola ke gawang lawan. Sepak bola dimainkan dalam lapangan terbuka yang berbentuk persegi panjang, di atas rumput atau rumput sintetis.
Sepak bola modern mulai berkembang di Inggris dengan menetapkan peraturan-peraturan dasar dan menjadi sangat digemari oleh banyak kalangan. Di beberapa kompetisi, permainan ini menimbulkan banyak kekerasan selama pertandingan sehingga akhirnya Raja Edward III melarang olahraga ini dimainkan pada tahun 1365. Raja James I dari Skotlandia juga mendukung larangan untuk memainkan sepak bola. Pada tahun 1815, sebuah perkembangan besar menyebabkan sepak bola menjadi terkenal di lingkungan universitas dan sekolah.
Kelahiran sepak bola modern terjadi di Freemasons Tavern pada tahun 1863 ketika 11 sekolah dan klub berkumpul dan merumuskan aturan baku untuk permainan tersebut. Bersamaan dengan itu, terjadi pemisahan yang jelas antara olahraga rugby dengan sepak bola (soccer). Pada tahun 1869, membawa bola dengan tangan mulai dilarang dalam sepak bola. Selama tahun 1800-an, olahraga tersebut dibawa oleh pelautpedagang, dan tentara Inggris ke berbagai belahan dunia. Pada tahun 1904, asosiasi tertinggi sepak bola dunia (FIFA) dibentuk dan pada awal tahun 1900-an, berbagai kompetisi dimainkan diberbagai negara. Olahraga ini juga digemari terutama mulai abad ke-16
Secara umum, hanya penjaga gawang saja yang berhak menyentuh bola dengan tangan atau lengan di dalam daerah gawangnya, sedangkan 10 (sepuluh) pemain lainnya diizinkan menggunakan seluruh tubuhnya selain tangan, biasanya dengan kaki untuk menendang, dada untuk mengontrol, dan kepala untuk menyundul bola. Tim yang mencetak gol paling banyak pada akhir pertandingan menjadi pemenangnya. Jika hingga waktu berakhir masih berakhir imbang, maka dapat dilakukan undian, perpanjangan waktu maupun adu penalti, bergantung pada format penyelenggaraan kejuaraan. Dari sebuah pertandingan resmi, 3 poin diberikan kepada tim pemenang, 0 poin untuk tim yang kalah dan masing-masing 1 poin untuk dua tim yang bermain imbang. Meskipun demikian, pemenang sebuah pertandingan sepak bola dapat dibatalkan sewaktu-waktu atas skandal dan tindakan kriminal yang terbukti di kemudian hari. Sebuah laga sepak bola dapat dimenangkan secara otomatis oleh sebuah tim dengan 3-0 apabila tim lawan sengaja mengundurkan diri dari pertandingan (Walk Out).
Peraturan pertandingan secara umum diperbarui setiap tahunnya oleh induk organisasi sepak bola internasional (FIFA), yang juga menyelenggarakan Piala Dunia setiap empat tahun sekali. Lama permainan sepak bola normal adalah 2 × 45 menit, ditambah istirahat selama 15 menit di antara kedua babak. Jika kedudukan sama imbang, maka diadakan perpanjangan waktu selama 2×15 menit, hingga didapat pemenang, namun jika sama kuat maka diadakan adu penalti. Wasit dapat menentukan berapa waktu tambahan di setiap akhir babak sebagai pengganti dari waktu yang hilang akibat pergantian pemain, cedera yang membutuhkan pertolongan, ataupun penghentian lainnya. Waktu tambahan ini disebut sebagai injury time atau stoppage time.

B.            Energi Yang Predominan Dalam Sepak Bola
Kinerja manusia memerlukan energi. Energi tersebut berasal dari bahan makanan yang dimakan sehari-hari. Tujuan makan antara lain untuk pertumbuhan, mengganti sel-sel yang rusak dan untuk kontraksi otot. Dengan kegiatan olahraga seperti bersepeda, berenang dan berjalan adalah mungkin untuk memperkirakan kontribusi relatif masing-masing sistem energi.
Begitupula dengan bermain sepak bola, olahraga sepakbola merupakan jenis olahraga yang komplek, dalam segi atlet maupun strategi yang berperan didalamnya. Berkaitan dengan olah fisik yang dominan, seperti yang kita ketahui bersama dimana pengolahan energi saat berolahraga dibagi tiga sistem utama yang tersedia untuk produksi energi dalam otot: sistem ATP-PC untuk ledakan intensitas tinggi pendek, dan sistem glikolisis anaerob untuk semburan antara intensitas yang relatif tinggi (sistem ini menghasilkan by- produk laktat ion dan ion hidrogen, dikenal sebagai asam laktat), serta ada sistem aerobik untuk usaha panjang intensitas rendah sampai sedang. Aerobik merupakan pengolahan energi yang melibatkan oksigen sedangkan anaerobik adalah pengolahan energi tanpa bantuan oksigen.
Tampaknya masuk akal untuk mengasumsikan bahwa selama pertandingan sepak bola ketiga sistem energi yang dibutuhkan, seperti intensitas bervariasi dari rendah sampai sangat tinggi. Namun, karena tidak jelas hanya seberapa cepat, berapa banyak dan berapa lama sprint tersebut, dan betapa mudah dan berapa lama waktu yang dipakai, sehingga sulit untuk menentukan yang mana dari sistem energi yang paling penting
Laju permainan sepak bola kompetitif dapat dinyatakan sebagai jarak tertutup, yang dapat diuraikan lebih lanjut menurut kategori aktivitas. Pemain pada tingkat profesional mencakup 10-14 km dalam permainan, biasanya dengan penurunan intensitas menjelang akhir (Reilly, 2007).
Pada olahraga sepak bola sistem energi yang digunakan adalah sistem aerobik dan anaerobik. Dilihat dari aktivitas dalam permainan sepak bola selama 2 x 45 menit, jelas menggunakan system energi predominan aerobik. Namun dalam permainan 2 x 45 menit terdapat gerakan-gerakan yang ekplosif, baik dengan atau tanpa bola. Gerakan-gerakan ekplosif tersebut dilakukan secara berulang-ulang dengan diselingi waktu recovery yang cukup untuk bekerjanya sistem anaerobik. Tanpa ditunjang dengan sistem anaerobik, maka gerakan-gerakan eksplosif tidak dapat berlangsung dalam waktu relatif lama. Hal ini dikarenakan sistem energi aerobic tidak cukup untuk mengkafer gerakan-gerakan yang bersifat anaerobik, sehingga terjadi penurunan intensitas atau berhenti dulu untuk menunggu suplai energi yang disediakan oleh sistem anaerobik. 

Untuk gerakan-gerakan yang lainnya, seperti jalan, jogging dan lainya tetap dikafer dengan sistem pembentukan energi aerobik. Besarnya hasil sistem energi aerobik terhadap sistem anaerobik ini merupakan dasar penentuan sistem predominan dalam suatu cabang olahraga. Pada cabang olahraga sepak bola, sistem energi aerobik jauh lebih besar dari pada sistem anaerobik, dengan demikian olahraga sepak bola secara komulatif 2 x 45 menit menggunakan energi predominannya adalah aerobik. 
Seperti apa yang disebutkan diatas olahraga sepakbola merupakan jenis olah energi yang komplek, dalam sebuah permainan sepakbola seorang pemain rata-rata melibatkan 60% menggunakan energi aerobik dan 40% menggunakan energi anaerobik. Menurut Reilly (2007) rata-rata pemain melakukan satu kali gerakan sprint atau usaha habis-habisan dengan waktu selama 30 detik sampai 90 detik yang menggunakan energi anaerobic.
Namun nilai tersebut dapat berubah sesuai dengan determinasi permainan atau kondisi serta mentalitas dan semangat pemain saat bermain.
Berikut
rincian penggunaan (olah) energi yang dilibatkan saat permainan sepakbola:
  1. Jogging (menjelajah ) 40% - aerobik
  2. Sprint defending 5% - anaerobik
  3. Sprint - berlari dengan bola 5% - anaerobik
  4. Passing & Kontrol 20% - aerobik
  5. Feinting - Menjaga bola, benturan badan 5% - anaerobik 
  6. Keluar dari tekanan - feinting 5% - anaerobik
  7. Tendang bola ke gawang ( shooting ) 5% - anaerobik
  8. Takling, sleeding, mengambil bola, blok, intersep 10% - anaerobik
  9. Heading  5% - anaerobik
Pemahaman sistem energi predominan pada cabang olahraga sangat penting untuk menentukan secara tepat bentuk latihan yang sesuai agar dapat meningkatkan prestasi atlet (Fox, dkk, 1988). Misalnya untuk cabang olahraga dengan energi predominan anaerobik, bentuk latihan diprioritaskan untuk meningkatkan kapasitas anaerobik. Untuk menentukan sistem energi predominan pada cabang olahraga dapat diperkirakan dasarnya pada aktivitas fisik yang dominan dan lama waktu yang dibutuhkan pada olahraga tersebut.

C.            Otot Yang Terlibat Dalam Permainan Sepak Bola
Merujuk pada sebelumnya diatas, dapat pahami bahwa tipe serabut otot yang digunakan pada permainan sepak bola adalah otot tipe I (slow twitch) dengan presentasi 60 % dan tipe serabut otot tipe IIb dan IIa sebesar 40% (Fast Twitch), dengan otot yang berperan yaitu sebagai berikut:
1.             Pengerak Utama
Ø  Musculus quadriceps femoris, biceps femoris dan musculus tibialis anterior, tibialis posterior, dipakai dalam gerakan menendang.
Ø  Musculus bicep  femoris, dan musculus quadriceps femoris, dipakai pada gerakan menendang, lari dan bertahan.
Ø  Musculus bicep femoris, dipakai pada saat shooting, lari dan bertahan.

2.             Penggerak Antagonis
Musculus bicep  femoris, dan musculus quadriceps femoris, terjadi pemendekan otot pada muschulus bicep femoris dan pemanjangan otot pada musculus quadriceps femoris.  
3.             Pengerak Sinergis
Pada gerakan menendang, menahan dan menggiring yaitu:
o    Musculus gluteus maximus.
o    Musculus quadriceps femoris.
o    Musculus bicep  femoris, semitendinousu dan semimembranousus.
o    Musculus tibialis anterior dan tibialis posterior.
4.             Pegerak Stabilitas
·           Musculus tensor fascia latae.
·           Musculus gastrocnemius.
·           Musculus tibialis anterior dan tibialis posterior.


D.           Bentuk Latihan Dalam Sepak bola
Latihan secara umum (ditinjau dari kemampuan dasar/kemapuan fisik) dapat dibagi menjadi dua yaitu: (1) latihan aerobik (latihan daya tahan), dan (2) latihan anaerobik yang terdiri dari latihan-latihan jenis sprint dan latihan-latihan jenis power (kekuatan-kecepatan). Latihan tersebut pada hakikatnya merupakan kesinambungan latihan dari rentang latihan daya tahan (aerobik) ke latihan kekuatan-kecepatan (anaerobik), intensitas kontraksi dan banyaknya kontraksi pada latihan endurance adalah kebalikan dari latihan kekuatan, sehingga dampak latihan daya tahan terhadap adaptasi kardiovaskular, respirasi, otot rangka dan olahdaya serta hubungannya dengan penampilan latihan (Giriwijoyo, 2017). Berikut beberapa comtoh latihan yang melibatkan latihan anaerobik dan latihan aerobik:

1.             Latihan Fartlek
a.              Pengertian
Lari fartlex diciptakan oleh Gosta Homer dari Swedia. Lari fartlek adalah jenis olahraga lari yang dilakukan di alam terbuka yang terdapat bukit-bukit, belukar, selokan-selokan untuk dilompati, tanah berpasir, tanah rumput, tanah lembek dan sebagainya. tujuannya adalah untuk membangun, memelihara, dan mengembalikan  kondisi tubuh. Lari fartlek sangat baik untuk latihan bagi semua cabang olah raga yang memerlukan ketahanan kondisi tubuh.
Dalam sistem latihan ini atlit dapat menentukan sendiri tipe, intensitas dan lamanya latihan atau aktivitas tergantung dari keadaan dan kondisi atlit pada saat itu. Dengan demikian atlit bebas untuk bermain dengan kecepatannya sendiri. Bebas untuk menentukan tempo larinya sendiri.
b.             Cara Melakukan Fartlex
Fartlex biasanya dilakukan dengan lari-lari lambat yang kemudian divariasi dengan sprint-sprint pendek yang intensif dan lari jarak menengah dengan kecepatan yang konstan yang cukup tinggi. Jadi variasi ini dapat dilakukan oleh atlit tergantung dari kondisi atlit. Apabila terasa lelah boleh lari pelan-pelan, bahkan diperbolehkan berjalan. Dan bila merasa kuat lagi, bisa lari lagi, atau sprint, dan sebagainya. Oleh karena itu sistem latihan ini disebut fartlex yang artinya bermain-main dengan kecepatan. Oleh karena itu harus berlari di alam terbuka yang lapangannya berfariasi dlam topografinya, dan dengan pemandangan alam yang berubah-ubah. Selain dapat memperlambat datangnya lelah, akan tetapi lebih cepat mengembangkan daya tahan dibandingkan latihan lari di lintasan lari yang rata dan membosankan., seperti di stadion. Jadi lari fartlex juga dapat dijadikan obat kebosanan bagi latihan yang monoton.
c.              Macam-macam Latihan Lari Fartlex:
-                 Lari secara terus-menerus. Latihan ini dapat memeperbaikai keseimbangan antara pengeluaran tenaga dan pengambilan oksigen selama berlangsungnya latihan. Latihan ini dilakukan diatas tanah yang tidak terlalu bergelombang: lari 5 sampai 20 km dapat dilakukan dengan langkah-langkah yang sedang tanpa adanya perubahan kecepatan langkah secara tiba-tiba. (catatan: denyut nadi tidak boleh lebih dari 150 permenit).
-                 Lari dengan kecepatan dan jarak yang bervariasi. Olah raga ini dapat memperlancar dan memperbaiki ketahanan organ-organ tubuh dan bagian-bagian lain dari tubuh si pelari. Latihan sebaiknya di tanah lapangyang sangat bervariasi, yaitu kira-kira 10-12 km. lari lambat diutamakan. Walaupun demikian, lari-lari yang berfariasi  sebaiknya diperpanjang pada kecepatan yang sedang 200-600meter. lari cepat 100-150 meter, lari dipercepat 25-50 meter, dan lari naik turun 40-80 meter. Lari-lari dan variasi yang berganti-ganti seperti ini diselingi dengan jalan sewaktu-waktu.
-                 Lari Di Bukit-bukit: Tujuan lari mendaki ini ialah agar mendapatkan otot-otot yang kuat. Macam-macam lari dibukit-bukit: (1) Lari jarak pendek 30-60 meter dilakukan di tempat yang curam dilakukan 5-10 kali dengan istirahat cukup. Tujuannya untuk memperbaiki tenaga dan kecepatan. (2) Lari jarak sedang: Menempuhn jarak 60-80 meter. Tidak dilakukan di tempat yang terlalu curam (3) Lari jarak panjang: 100-150 meter. melalui lereng-lereng yang tidak curam jarak pelari yang satu dengan yang lainnya berdekatan tapi tanpa adanya rasa ketegangan yang berlebihan. Dilakukan 15-20 kali. diselingi dengan istirahat yang pendek tetapi aktif. Hal ini akan menambah daya tahan organ tubuh. (4) Lari di sekitar bukit-bukit: 400-800 meter naik turun bukit.

2.             Latihan Interval

Latihan interval atau interval training adalah suatu sistem latihan yang diselingi oleh interval-interval yang berupa masa-masa istrahat. Latihan interval sangat dianjurkan karena hasilnya memang sangat positif bagi perkembangan daya tahan maupun stamina atlet (Harsono, 1988). Berikut contoh latihan interval:

a.              Jogging dan sprint

Untuk melatih akselerasi dan stamina Anda saat berlari di lapangan, Anda bisa melakukan latihan interval lari. Caranya cukup mudah. Mulailah dengan jogging seperti biasa selama dua menit. Kemudian, tambah kecepatan lari Anda jadi lari sprint selama kira-kira 30 detik.

Setelah itu turunkan lagi kecepatan Anda sampai jadi jogging untuk 30 detik. Lalu lari cepat lagi selama 30 detik. Untuk hasil yang maksimal, Anda bisa pakai timer untuk menandai kapan harus mengganti intensitas dan kecepatan lari.

Anda bisa melakukan latihan ini selama lima sampai lima belas menit. Kalau Anda belum biasa dengan latihan interval, mulai dari empat sampai lima menit saja. Karena latihan fisik ini cukup berat, jangan berlatih selama lebih dari setengah jam.

b.             Naik sepeda di perbukitan

Bila Anda suka naik sepeda, pilih lintasan yang ideal untuk latihan interval, misalnya perbukitan. Jalan yang naik turun bisa jadi tempat yang baik untuk menyelingi intensitas fisik Anda. Misalnya saat jalanan menanjak, intensitas Anda mengayuh tentu jadi lebih berat. Kemudian saat jalanan menurun, Anda bisa sedikit beristirahat.
Naik sepeda sambil berlatih interval juga akan membantu Anda menjaga keseimbangan sambil menyesuaikan akselerasi. Ingat, batasi durasi latihan Anda karena latihan ini sudah cukup intens bagi tubuh.

3.             Latihan Circuit Training
Sistem latihan ini diperkenalkan oleh Morgan dan Adamson tahun 1953 di University of Leeds di Inggris, menjadi semakin populer dan diakui oleh banyak pelatih, ahli-ahli pendidikan jasmani, dan atlet sebagai suatu sistem latihan yang dapat memperbaiki secara serempak fitness keseluruhan dari tubuh yaitu komponen power, daya tahan, kecepatan, fleksibilitas, mobilitas dan komponen fisik lainnya (Harsono, 1988). Karena itu bentuk-bentuk latihan dalam circuit training biasanya adalah kombinasi dari semua unsur fisik. Berikut salah satu contoh latihan circuit atau circuit training yang terdeiri dari 5 pos untuk satu sesi latihan:
Ø   Pos 1 Squat (berkenaan dengan otot betis) bisa dengan menambah beban di bahu ataupun tidak.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhz3-ktdpe7p5NktVsaNhJO6H-Pew28NaRCF7lBYa1I8OPue9V2EDlV6CpZq9oj4eANWQP4pg7vJYe0Bfg7HvZGOi8FEwgQCAx950AeeGVvGGf1BYLqXw-OPEvnYXFLGcpvluPJaaxh72PH/s320/squat.png
Squat





Ø   Pos 2 Skipping
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEHtUL85xb6aS12rzTgF3mZ6__JG_xDUtnQUkSXStqC4UE8LZn85J922fq6NoyuCDaWcTZxMc8PxWMjRieTH-9evYen48YQOLvYc6HyN0QTqD39uZSvQax808xQPP_6CtHel27pqsbmmqE/s1600/skipping.png
Skipping
Ø   Pos 3 Leg Press Machine (otot bagian paha dan otot kaki lainnya)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVJkSK_JJ2kDy2Lm-4gi9BcsTllbLUwCEER58Fscmd_t-jPQNpoyHryey68Q6MeDeBopXu1EnocKjb-VgRaB3aa7rc9LNRHT4u2aq6WwgxwO6wBuRn3UVV9dME1KDwijVmQoDQhSab-c6x/s1600/leg+press+machine.png
Leg Press Machine


Ø   Pos 4 Sprint (melatih daya tahan anaerobic)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5ka1sU34QaJta6kefCPSkujlO6Ngwz4ng2s5uTclq4KJ_BTagjHvv93LCWHOCt9sxQwmom5R-8B48_tv2kwVWuinDRU618HUhfiq9O-bfgbAziJwDB4YFO44fAmQEVqPI22zx0qMihBfP/s1600/sprint.png
Sprint
Ø   Pos 5 Box Jump
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkCSpul3Y_91zIGvd1JE7ojJ0p6nTr_Z5qQHPxZdL1sNYTRj7ftYBnsXy6iu_asZWzVYfp88ZcI9lEeVYUXHa2F_8N8MVGbkxENcQFexTpwXpZj2UQgXRRCyW5od8kXzHMwAhd6o3RJV1Y/s320/box+jump.png
Box Jump
Tata cara melakukan Box Jump yaitu:
- Siapkan box gym atau sebuah kotak yang kuat (karena untuk mendarat) kira kira tingginya 40 meter
- Posisikan diri Anda di belakang box tersebut
- Lompatlah dan mendarat diatas box tersebut dengan kedua kaki secara bersama
- Lalu lompat kembali ke posisi awal dan ulangi sebanyak yang Anda targetkan

E.            Efek Latihan Dalam Sepak Bola
1.             Interval
Banyak atlet yang sudah mengetahui keuntungan yang didapat dari latihan interval atau high intensity interval training (HIIT). HIIT sendiri merupakan sekumpulan gerakan anaerobik yang dilakukan secara intens dengan waktu yang singkat dan waktu istirahat yang singkat pula. Namun dengan waktu yang singkat tersebut, Anda justru mendapatkan hasil yang maksimal.
Idenya sederhana: Anda hanya perlu waktu singkat untuk latihan dan mendapatkan perubahan yang besar dalam tubuh Anda, kata Brent C. Ruby, Ph.D., direktur dari Montana Center for Work Physiology and Exercise Metabolism di University of Montana. Dengan melakukan HIIT, Anda akan memperoleh beragam manfaat yang secara ilmiah sudah dibuktikan.
a.              Tubuh Anda tetap membakar kalori selama berjam-jam ke depan. “HIIT akan membakar lebih banyak kalori saat latihan dan setelahnya daripada latihan aerobik yang dilakukan terus-menerus,” kata ahli fisiologi Scott Weiss, C.S.C.S. Ia juga mengatakan bahwa intensitas yang meningkat secara mendadak saat melakukan HIIT akan meningkatkan pengeluaran kalori, sehingga kalori dibakar lebih banyak. Lebih hebatnya lagi, tubuh Anda akan aktif membakar kalori selama dua jam setelah latihan.
b.             Anda akan cenderung tetap melakukannya. Menurut ahli fisiologi lainnya, Tom Holland, C.S.C.S., HIIT lebih menyenangkan untuk dilakukan daripada latihan lain yang intensitasnya lebih rendah, seperti melakukan jogging yang cenderung membosankan.
c.              HIIT dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Satu menit saja Anda melakukan latihan intensitas tinggi saat Anda melakukan latihan intensitas sedang akan meningkatkan ketahanan tubuh Anda dan juga kesehatan tubuh secara menyeluruh, seperti tekanan darah yang membaik dan peredaran darah lancar. Daya tahan tubuh yang meningkat tersebut akan terbawa pada latihan-latihan Anda lainnya di kemudian hari.
d.             Secara waktu lebih efisien. Anda tentu sudah mengetahui hal ini. Bagi orang yang hanya memiliki sedikit waktu untuk berolahraga, HIIT adalah latihan yang cocok untuk mereka. Namun, pernyataan ini juga diperkuat oleh sains. “Anda akan mendapatkan hasil yang sama, atau bahkan lebih, hanya dalam waktu setengah dari total latihan dengan intensitas yang rendah,” kata Holland, mengutip sebuah studi tahun 2013 dalam Journal of Physiology. Studi tersebut menemukan orang yang bersepeda selama 40-60 menit dengan intensitas sebesar 65% selama lima kali seminggu, dibandingkan dengan mereka yang melakukan latihan interval dengan melakukan sprint dalam waktu 12 menit selama tiga kali seminggu, melihat hasil yang sama, termasuk meningkatnya sensitivitas insulin.
e.              Gerakan yang bervariasi. Tidak hanya lari interval atau bersepeda, Anda bisa mengkombinasikan gerakan-gerakan lain saat melakukan HIIT. Misalnya melakukan burpees, lunges, squat, serta push-up. Dengan begitu Anda tidak akan merasa bosan.
f.               HIIT baik untuk kesehatan jantung Anda. Menurut Weiss, HIIT akan meningkatan fleksibilitas dan elastisitas dari pembuluh darah lebih baik daripada latihan aerobik biasa. Bahkan, HIIT bukan hanya aman bagi jantung, tetapi juga dapat lebih ditolerir dari latihan biasa pada orang yang memiliki penyakit arteri koroner.

3.             Fartlek
Manfaat dari latihan Fartlek yaitu sebagai berikut:
a.              Memperlancar peredaran darah. Latihan fartlek dapat melancarkan peredaran darah anda berbeda dengan manfaat wall sit, dengan melakukan gerakan lari maka jantung akan bekerja memompa darah lebih cepat dan mengalirkannya ke seluruh tubuh tanpa adanya hambatan. Ini dapat menghilangkan kebiasaan bagi anda yang sering mengalami kesemutan, kram hingga mati rasa.
b.             Memperlambat Datangnya Lelah. Dengan memainkan tingkat kecepatan pada lari fartlek, anda bisa memulai dari kecepatan yang rendah terlebih dahulu. Dengan melakukannya secara perlahan kemudian cepat berbeda dengan manfaat olahraga lunge, anda dapat memperlambat datangnya lelah saat olahraga dengan hasil yang maksimal. Ketahanan tubuh anda pun akan meningkat drastis.
c.              Membakar kalori. Latihan fartlek merupakan sebuah olah raga yang dapat membakar kalori serta lemak yang menumpuk di tubuh anda secara efektif. Adapun manfaat yang akan anda peroleh setelah lari fartlek yaitu bentuk tubuh anda akan menjadi lebih baik. Biasanya anda akan mengalami penyusutan lemak di bagian- bagian tubuh tertentu seperti bagian perut, lengan, paha, dan betis. Selain itu beberapa bagian tubuh yang menggelambir akan lebih kencang kembali, seperti kencangnya bagian pantat dan payudara.
d.             Menyehatkan Jantung. Latihan fartlek merupakan salah satu jenis olah raga kardio dimana jantung anda akan ikut terpacu seiring anda melakukannya. Dengan kerja jantung yang terpacu, hal ini juga akan membuat jantung anda berolah raga sehingga tidak hanya tubuh saja yang mengalami peningkatan ketahanan, begitu pula dengan jantung. Jantung anda akan lebih sehat dan tidak mudah terkena penyakit jantung seperti serangan jantung mendadak hingga jantung koroner.

4.             Circuit Training
Circuit Training sangat berpengaruh terhadap daya tahan kardiovaskuler, dan dapat menguatkan otot-otot pernafasan sehingga hal tersebut memberikan manfaat yang besar terhadap pemelihaaran kebugaran jantung dan paru-paru. Karena dalam latihan circuit ini melibatkan tiga variabel yaitu : Intensitas, Repetisi dan Durasi. 
Latihan menggunakan circuit training sangatlah membantu untuk pelatih dan juga atlet, karena lebih mudah dalam membuat variasi bentuk latihannya, sehingga dapat menghemat waktu, tempat latihan serta mampu mentoleransi perbedaan kemampuan individu si-atlet. Bagi atlet yang latihan secara rutin akan mempunyai jantung yang lebih besar, dengan demikian volume darah sedenyut (stroke volume=SV) akan meningkat. Dengan meningkatnya volume darah sendenyut maka pemenuhan kebutuhan oksigen ataupun membuang karbondioksida akan lebih mudah. Atlet yang terlatih dalam daya tahan aerobik denyut nadi minimalnya akan di bawah 60 kali permenit, bahkan bisa lebih rendah dari 50 kali permenit (smit dan Fernhall, 2011). Sumber dari skripsi Dea Linia Romadhoni (Pengaruh Pemberian Circuit Training Terhadap Peningkatan Vo2max Pemain Futsal).
Dengan melakukan latihan circuit training secara teratur dan benar maka banyak keuntungan yang diperoleh dari circuit training ini, diantaranya:
a.              Melatih kekuatan jantung dan menurunkan tekanan darah sama baiknya dengan latihan aerobic.
b.             Melatih semua anggota tubuh (total body workout).
c.              Ketahanan, daya tahan otot akan terlatih dan kemampuan adaptasi meningkat.
d.             Membentuk otot yang terdefinisi jelas dan kering.
c.              Waktu yang digunakan untuk circuit training lebih cepat daripada waktu yang digunakan untuk olahraga lain.










BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk olahraga sepak bola yang berlangsung selama 2 x 45 menit menggunakan energi predominannya adalah aerobic, dikarenakan dalam permainan sepak bola gerakan-gerakan atau teknik yang digunakan kebanyakan melibatkan metabolisme aerobic dengan tipe serabut otot merah atau otot tipe I, sementara untuk beberapa gerakan atau teknik lainnya seperti berlari mengambil bola, atau sprint dan melompat membutuhkan metaolisme anaerobic dengan tipe serabut oto putih atau tipe Iia dan IIb.  Dengan presentasi untuk satu orang pemain sepakbola rata-rata melibatkan 60 % menggunakan energi aerobik dan 40 % menggunakan energi anaerobik. Namun nilai tersebut dapat berubah sesuai dengan determinasi permainan atau kondisi serta mentalitas dan semangat pemain saat bermain.
Untuk jenis latihan yang dapat digunakan untuk mengembangkan daya tahan serta mengembangkan kondisi fisik dari seorang pemain dapat dipakai dengan latihan fartlek (fartlek training), latihan interval (interval training) dan latihan circuit (circuit training).




DAFTAR PUSTAKA

Giriwijoyo, S. (2017). Fisiologi Kerja dan Olahraga: Fungsi Tubuh Manusia pada Kerja dan Olahraga. Jakarta: Rajawali Pers.
Harsono. (1988). Coaching dan Aspel-Aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: Depdikbud.
https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/futsal/latihan-interval-untuk-pemain-bola (diakses 29 april 2018)
http://irpan91.blogspot.co.id/2012/05/analisis-gerak-pada-cabang-olahraga.html\ (diakses 29 april 2018)
Reilly, T. (2007). The Science of Training – Soccer: A scientific Approach to Developing Strength, Speed and Endurance. London and New York: Routledge.


AGRESIVITAS DALAM OLAHRAGA

BAB 1 PENDAHUUAN A.     Latar belakang Dewasa ini sering dijumpai suatu tindakan-tindakan yang kurang terpuji dari berbagai kalang...